kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

Isu fundamental dan spekulasi seret harga minyak


Rabu, 20 April 2011 / 07:10 WIB
Isu fundamental dan spekulasi seret harga minyak
ILUSTRASI. Mazda3 Turbo yang sudah bocor di Meksiko


Reporter: Sandy Baskoro, Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Harga minyak mentah kembali surut. Nilai kontrak minyak mentah untuk pengiriman Juni 2011 di New York Mercantile Exchange, Selasa (19/4) pukul 17:00 WIB, menurun 0,78% menjadi US$ 106,85 per barel.

Isu spekulatif dan fundamental turut menekan harga minyak mentah. Kabar yang paling santer adalah keputusan Standard & Poor's (S&P) memangkas outlook peringkat surat utang pemerintah AS menjadi negatif.

Berita negatif ini merontokkan pasar finansial dunia, mulai dari saham, obligasi hingga komoditas. "Kegugupan pelaku pasar terhadap prospek ekonomi dunia menyebabkan investor menjual aset-asetnya," kata Ben Westmore, Ekonom National Australia Bank Ltd. di Melbourne, seperti dikutip Bloomberg.

Kabar dari China juga turut menjatuhkan harga minyak di paar internasional. Bank Sentral Negeri Tembok Raksasa itu telah menaikkan giro wajib minimum (GWM) untuk meredam ancaman inflasi tinggi. Kebijakan China menandakan bahwa permintaan minyak akan tumbuh melambat.

Sinyal lain datang dari Arab Saudi, eksportir nomor wahid minyak mentah dunia. Menteri Perminyakan Ali al-Naimi menyatakan pasar minyak telah kelebihan pasokan.

Departemen Energi AS, Rabu (20/4), akan mengumumkan data persediaan minyak per akhir pekan lalu. Sejumlah analis yang disurvei Bloomberg memperkirakan, persediaan minyak mentah AS akan meningkat sebanyak 1,4 juta barel menjadi 360,7 juta barel. Ini adalah jumlah persediaan terbanyak dalam tujuh pekan terakhir.

Nico Omer Jonckheere, Analis Valbury Asia Futures, berpendapat para pemilik modal dalam kondisi seperti saat ini cenderung memburu dollar AS atau emas, sekaligus melepas aset-aset yang berisiko, seperti di pasar saham maupun komoditas minyak.

Libur paskah yang berlangsung akhir pekan ini juga menjadi alasan investor untuk beralih dari investasi di komoditas ke valuta, terutama dollar AS. "Apalagi, karena sudah oversold. dollar AS cenderung menguat," ujar Nico.

Harga minyak juga mulai memasuki fase konsolidasi, sambil menunggu perkembangan kondisi ekonomi dan politik global. Nico memprediksi, harga minyak mentah sampai akhir bulan ini bergerak di posisi US$ 100 - US$ 110 per barel.

Iwan Cahyo, Analis First State Futures, menambahkan, harga minyak sejatinya masih berpotensi menanjak hingga US$ 150 per barel di akhir tahun nanti. Namun karena harga sudah naik tinggi, para pelaku pasar memilih untuk merealisasikan keuntungan yang telah terjadi.

Sepanjang tahun ini hingga 19 April, harga minyak sudah tumbuh 14,39%. Iwan menebak harga minyak di akhir April tahun ini bisa menembus US$ 120 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×