Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Poundsterling kesulitan bangkit di tengah buruknya kondisi fundamental. Ancaman Brexit hingga perlambatan ekonomi di Inggris terus membebani laju sterling.
Mengutip Bloomberg, Jumat (14/10) pasangan GBP/USD tergerus 0,51% ke level 1,2191 dibanding sehari sebelumnya.
Wahyu Tri Wibowo, analis PT Central Capital Futures menjelaskan, isu Brexit masih mengancam pergerakan GBP di hadapan USD. Lembaga pemeringkat Standard & Poor memperingatkan jika GBP dapat kehilangan status sebagai reserve currency jika gagal mengamankan akses ke pasar Eropa. "Goldman Sachs juga memperingatkan adanya tekanan pada GBP pasca Brexit," ujarnya.
Gubernur Bank Sentral Inggris (BoE) Mark Carney menyatakan bahwa BoE tidak memiliki target level poundsterling, meski pergerakannya akan mempengaruhi inflasi dan kebijakan moneter.
Tetapi Carney kembali menekankan bahwa pembuat kebijakan akan membiarkan inflasi di luar target guna mendorong pertumbuhan. Hal itu yang kemungkinan membuat GBP melemah.
Lalu data ekonomi terakhir menunjukkan output sektor konstruksi Inggris bulan Agustus turun 1,5% di bawah ekspektasi sebesar 0% serta bulan sebelumnya dengan angka kenaikan 0,5%.
"Jadi secara fundamental memang GBP belum diharapkan membaik. Seperti diperburuk oleh S&P, Goldman dan komentar Carney," imbuh Wahyu.
Di sisi lain, penguatan USD belum terbantahkan terutama terhadap sterling. Wacana kenaikan suku bunga The Fed masih cukup kuat mendukung laju The Greenback.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News