Reporter: Kenia Intan | Editor: Yudho Winarto
Adapun pihak yang berpeluang besar terlibat untuk keperluan pendanaan ekspansi adalah emiten-emiten perbankan. Sementara itu, pemulihan ekonomi biasanya akan diikuti oleh pertumbuhan permintaan energi untuk mendukung industri berjalan dengan optimal.
Oleh karenanya, Hendri menyarankan investor untuk mencermati saham-saham perbankan yang sudah terkoreksi cukup dalam. Khususnya, saham-saham perbankan konvensional yang memiliki bobot cukup besar.
Selain itu, investor juga bisa mencermati saham sektor energi yang pergerakan harga sahamnya masih lagging dibandingkan dengan harga komoditasnya.
Adapun BBRI menjadi saham yang menurutnya paling menarik. Valuasi BBRI terlihat masih murah dengan rasio PBV saat ini di level 2,36 kali. Ini lebih rendah dibanding rata-rata PBV tiga tahun terakhir yakni di level 2,52 kali.
Baca Juga: IHSG akan tetap di kisaran 6.000-6.100, investor bisa apa?
" Ada potensi bagi BBRI ke level mean PBV 3 tahun terakhir ke level harga 4.030 di mana harga sekarang BBRI berada di level 3,770. Sedangkan jika kita lihat mean PBV 10 tahun terakhir yang berada di level 2,74 kali di mana BBRI juga mempunyai potensial upside ke level 4.370," jelas Hendri kepada Kontan.
Adapun ke depannya, kondisi keuangan BBRI akan semakin kuat karena menjadi holding ultra mikro bersama PNM dan Pegadaian setelah rights issue dilakukan. Di sisi lain, BBRI juga tidak ketinggalan dalam hal bank digital melalui anak usahanya yaitu AGRO.
Asal tahu saja, mereka turut bersaing di dunia digital dengan produk-produk digitalnya seperti Paylater Traveloka/paylater card, Ceria/digital credit card, KECE /digital ultra mico loan.
Tidak jauh berbeda, Analis Phillip Sekuritas Helen menjelaskan, di tengah optimisme pemulihan ekonomi, saham-saham siklikal memang berpotensi memimpin pergerakan pasar dalam jangka menengah hingga panjang.