Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kombinasi sentimen negatif dari kawasan dan dalam negeri diprediksi bakal menyeret nilai tukar rupiah di awal pekan ini. Dari kawasan, keputusan Shinzo Abe mundur dari jabatannya sebagai perdana menteri Jepang bakal meningkatkan risiko di Asia dan menghambat pergerakan rupiah.
Ekomon Indef Bhima Yudhistira pun menyebut, pelaku pasar kini masih menanti pengganti dan potensi perubahan stance kebijakan Jepang yakni ekspansi fiskal dan kebijakan moneter yang akomodatif setelah Abe mundur.
Di sisi lain dampak pandemi virus corona terhadap naiknya angka pengangguran dan tren perusahaan mengajukan pailit di seluruh dunia turut menjadi sentimen negatif. Investor cenderung bergerak membeli yen Jepang, yang merupakan aset safe haven. Buktinya yen berhasil menguat 1,15% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada sesi penutupan akhir pekan lalu.
Baca Juga: Tarik-menarik sentimen, rupiah akan bergerak sideways pada Senin (31/8)
"Sementara sentimen dalam negeri dipengaruhi oleh naiknya kasus positif terkonfirmasi sebanyak 3.308 kasus pada Sabtu (29/8). Terlebih salah satunya terbanyak disumbang di DKI Jakarta. Ini mempengaruhi confidence dari konsumen untuk berbelanja di ritel," kata dia kepada Kontan.co.id, Minggu (30/8).
Bhima pun menghitung rupiah akan bergerak pada rentang Rp 14.700 - Rp 14.750 per dolar AS pada perdagangan hari ini, .
Asal tahu saja, pada Jumat (28/8), rupiah di pasar spot berhasil menguat 0,19% ke Rp14.632 per dolar AS. Alhasil, dalam sepekan, mata uang Garuda sudah menguat 0,95%.
Setali tiga uang, penguatan juga terjadi di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Mata uang Garuda tercatat ditutup ke Rp 14.702 per dolar AS sehingga dalam sepekan berhasil menguat 0,57%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News