Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Alasan Edward memilih saham sebagai instrumen dengan porsi terbanyak di portofolionya adalah keuntungan yang lebih terkontrol. Dalam 2-3 tahun terakhir, Edward juga melihat pasar saham Indonesia bergerak cukup baik dan menghasilkan return yang menguntungkannya.
Sementara, investment insurance, aset dan properti, dan obligasi menghasilkan keuntungan dalam jangka panjang.
“Harus seimbang antara instrumen yang bersifat long term dan short term. Di obligasi itu sangat pasif dan saham lebih agresif. Tapi, kalau semua ditaruh di instrumen short term juga takutnya habis,” paparnya.
Sementara, aset tanah dan properti dipilih Edward karena melihat pengalaman dari investasi yang dilakukan orang tuanya.
“Mereka bilang harga tanah akan selalu naik dan kalau ada spare money, tanah atau properti akan selalu menjadi pilihan yang baik untuk berinvestasi. Tapi ini sifatnya jangka panjang, bisa sekitar 10 tahun,” tuturnya.
Baca Juga: Morgan Stanley akan Pangkas 7% Tenaga Kerja di Bank Investasi Asia
Terkait keuntungan, Edward pernah untung sampai 300% di pasar saham pada tahun 2020. Saat itu, Edward membeli saham ANTM yang harganya sempat turun di awal Pandemi Covid-19. Di tahun yang sama, harga saham ANTM berhasil naik 2-3 kali lipat dan membuat Edward untung cukup besar.
Tak hanya untung, Edward juga pernah mengalami kerugian di instrumen saham dan kripto. Di instrumen saham, Edward pernah membeli saham sebuah perusahaan. Tak disangka, perusahaan itu terkena suspension pada tahun 2020.
“Saya rugi 30% dan hingga saat ini uangnya belum kembali. Dari situ saya belajar agar tidak serakah saat berinvestasi,” tuturnya.
Sementara, Edward pernah rugi 50% saat mulai masuk berinvestasi di bitcoin. Setelah mengalami kerugian, Edward menarik semua dananya dari instrumen kripto dan enggan kembali berinvestasi di sana.
Selain dari orang tua, Edward mengaku rajin membaca berita dan berdiskusi dengan komunitas trader saham. Menurut Edward, mempelajari pasar global ditambah dengan berbagi pengalaman dengan orang lain sangat membantunya dalam mempertahankan kinerja portofolio sahamnya.
Baca Juga: John Riady Sebut Kebangkitan Sektor Ritel Menjadi Bukti Strategi Omnichannel
Edward melihat, semua instrumen investasi memiliki risiko masing-masing. Sehingga, investor awal harus melakukan riset yang baik untuk menentukan budget, tujuan, dan gaya investasi.
“Namun, saya menyarankan agar investor awal tidak langsung berinvestasi di emas, karena keuntungan emas baru bisa diambil dalam jangka waktu yang cukup panjang,” paparnya.