kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,22   7,82   0.87%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kisah Investasi Radith Soeriadinata, Butuh Waktu untuk Belajar Kelola Portofolio


Sabtu, 13 Mei 2023 / 06:05 WIB
Kisah Investasi Radith Soeriadinata, Butuh Waktu untuk Belajar Kelola Portofolio


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meskipun bekerja di lingkungan yang bersentuhan langsung dengan instrumen investasi, Radith Soeriadinata mengaku lumayan telat masuk di dunia investasi.

Country Head Alta Group ini bercerita dirinya belum tertarik untuk berinvestasi di awal kariernya meskipun saat itu dia bekerja sebagai bankir. Radith mengaku semula tidak tertarik secara personal di dunia tempatnya bekerja.

Namun, setelah beberapa tahun bekerja dan merasa punya waktu luang yang lebih banyak, Radith pun baru mulai belajar lebih banyak tentang investasi. Radith mengaku sangat menikmati kesempatan belajarnya itu, karena apa yang ditemukan saat itu sangat berbeda dengan yang kerap dilihat di lingkungan pekerjaannya.

“Saya juga menyadari bahwa preferensi dan perilaku investasi saya sangat berbeda dengan apa yang saya lakukan di dunia perbankan,” ujar dia kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Masih Belum Berani Investasi? Warren Buffett Bagikan Beberapa Saran untuk Dicoba

Laki-laki yang menamatkan sarjana di California State University, Northridge itu mengaku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memilih instrumen investasi pertamanya. Setelah melewati periode itu, Radith akhirnya mulai berinvestasi dengan opsi instrumen yang paling aman dan membutuhkan perhatian yang paling sedikit.

Radith pun memulai perjalanan investasinya dengan mencari produk yang membutuhkan modal paling kecil, yaitu deposito berjangka. Dari situ, Radith baru mulai menjelajah ke instrumen lain dan hari ini saya pun memiliki portofolio yang jauh lebih beragam, termasuk aset alternatif.

Radith mengaku banyak belajar terkait aset alternatif, terutama sejak bergabung dengan Alta. Menurutnya, Alta menyediakan akses ke peluang baru dalam aset alternatif, meningkatkan likuiditas melalui jaringan investor kami yang berkembang.

Kata Radith, Indonesia memiliki peluang investor yang tinggi di bidang aset alternatif, sehingga membutuhkan teknologi alternatif yang dapat mengakomodasi hal itu.

“Ini adalah ruang yang menarik dan peluang yang baik bagi investor Indonesia, sehingga saya sangat menantikannya untuk berkembang di Indonesia,” ungkap dia.

Baca Juga: Simak Strategi Investasi Genta Wira Anjalu yang Selalu Optimalkan Alokasi Aset

Secara makro, Indonesia adalah pasar yang semakin menarik bagi investor. Perekonomian yang berkembang pesat, iklim investasi asing yang terbuka, dan pertumbuhan populasi kaum muda adalah beberapa pendorong utama yang meningkatkan lanskap investasi Indonesia. 

Radith mengatakan, perekonomian Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,2% pada tahun 2023 seiring dengan terus pulihnya permintaan domestik, menurut laporan Asian Development Bank (ADB). 

“Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi global, reformasi struktural negara dan investasi dalam proyek infrastruktur juga akan mulai berlaku,” papar dia.

Pada tahun 2022, kata Radith, Indonesia juga tercatat memiliki adopsi aset digital tertinggi secara global. Hal itu menandakan bahwa generasi baru investor sudah mengubah cara mereka memandang investasi. 

“Saya pikir, ini waktunya sudah matang untuk sarana investasi yang jauh lebih kredibel, termasuk di aset alternatif digital,” ungkapnya. 

Baca Juga: Founder Finansialku.com, Melvin Mumpuni: Rutin Mengecek Portofolio Investasi

Radith memaparkan, saat ini kekayaan dunia terbagi ke dua lanskap aset, yaitu investasi institusional dan investasi alternatif. Tetapi investor di aset alternatif belum terlayani dan terwakili dengan baik. Bahkan, saat ini masih banyak orang yang sama sekali belum memiliki aset alternatif, padahal ada sejumlah kelas di aset alternatif yang secara historis mampu mengalahkan aset institusional di pasar.

Namun, menurut Bain & Company, kapital institusional yang dialokasikan untuk investasi alternatif akan tumbuh 8% per tahun pada dekade mendatang. 

“Sementara itu, kekayaan individu yang diinvestasikan dalam alternatif diharapkan tumbuh 12% setiap tahun selama periode tersebut. Tentu ini butuh akses agar masyarakat bisa mendapatkan akses ke aset investasi alternatif,” paparnya.

Menurut Radith, aset mewah terbukti tidak terlalu rentan terhadap inflasi dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Knight Frank Wealth Report 2023, seni yang dapat dikoleksi memimpin Indeks Investasi Mewah pada tahun 2022 dengan harga naik sebesar 29%. 

Baca Juga: Syekh Jassim dari Qatar Ajukan Tawaran Terakhir Untuk Akuisisi Manchester United

Seni, wiski langka, dan anggur antik juga menarik minat investor yang tinggi. Pada tahun 2021, pasar wiski Scotch sebagai aset investasi melampaui aset investasi lain tahun 2019 dan 2020 baik dari segi volume/nilai maupun pertumbuhan investasi. 

“Pasar investasi anggur juga berkinerja baik pada tahun 2021, rata-rata naik sekitar 1% per bulan. Champagne (+31%) dan Burgundy (+25%) juga berkinerja sangat baik,” papar dia.

Sebagai investor individu, Radith menyarankan agar para investor memiliki nilai dan prinsip sebagai pertimbangan penting dalam berinvestasi. Sebab, kedua hal itu dapat memandu investor dalam mengambil keputusan yang selaras dengan keyakinan dan tujuan pribadi mereka. 

Radith pun memberikan 5 tips untuk dipertimbangkan oleh investor. Pertama, diversifikasi, yaitu menyebarkan investasi di berbagai kelas aset, sektor, dan geografi dapat membantu mengurangi risiko dan meningkatkan keuntungan. 

Kedua, likuiditas. Kata Radith, investor perlu mempertimbangkan kemudahan untuk membeli atau menjual investasi. Sebab, hal ini dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk mengelola risiko dan memanfaatkan peluang 

Ketiga, pemikiran jangka panjang. Radith mengatakan, berinvestasi adalah usaha jangka panjang, sehingga penting untuk mempertimbangkan potensi pengembalian dan risiko dari waktu ke waktu. 

Keempat, keberlanjutan. Banyak investor memprioritaskan investasi yang sejalan dengan nilai mereka seputar keberlanjutan, termasuk faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola atau biasa disebut ESG. 

Kelima, transparansi. Investor harus mencari investasi yang memberikan informasi yang jelas dan transparan tentang operasi, kinerja, dan risiko mereka.

Baca Juga: Cuan Crazy Rich Indonesia dari Berburu Aset Properti di Luar Negeri

Dengan pengalamannya yang telah bertemu dengan berbagai klien dan bekerja di beberapa pasar dari seluruh dunia, Radith pun memiliki perspektif yang dapat berguna dalam menangani uang. 

Pertama, jangan membuat keputusan investasi berdasarkan rasa takut, apakah itu rasa takut ketinggalan (FOMO) atau rasa takut di pasar. Radith menyarankan, investor harus berinvestasi pada apa yang mereka sukai secara pribadi dan memiliki pemahaman yang kuat terkait hal tersebut.

“Jika Anda tertarik pada sesuatu yang baru bagi Anda, luangkan waktu untuk mempelajari lebih lanjut tentang investasi, peluangnya. Lalu, mulailah dari aset dengan modal yang kecil,” ungkapnya.

Kedua, investasikan pada aset dengan jumlah nilai yang dianggap mampu bagi para investor untuk kehilangan, sehingga investor tidak harus terus merasa cemas sampai tak bisa tidur di malam hari.

Ketiga, investor harus belajar memahami perilaku investasi masing-masing individu. Misalnya, apakah berinvestasi untuk jangka pendek versus jangka panjang, lebih sedikit risiko versus lebih banyak risiko, diversifikasi di banyak peluang versus berkonsentrasi pada investasi tertentu, atau kemauan untuk menghabiskan lebih banyak atau lebih sedikit waktu untuk memantau investasi.

Keempat, putuskan apakah investor lebih suka terlibat secara pribadi dalam mengelola portofolio, atau apakah mereka ingin seseorang melakukan investasi tersebut.

Baca Juga: 4 Cara Investasi ala Warren Buffett yang Mudah Dilakukan

“Namun, tidak ada jawaban benar atau salah di sini. Setiap orang harus merasa bebas untuk mencari tahu apa yang paling cocok untuk mereka,” ungkap dia.

Radith pun menyarankan bagi para anak muda yang baru ingin terjun berinvestasi untuk melihat berbagai peluang yang muncul di Web3 dan area lain di fintech. Radith menyarankan agar para investor muda dapat mengambil langkah kecil terlebih dulu, serta memiliki pemahaman tentang kondisi pasar dan risiko yang ada.

Investor baru juga perlu mencari tahu tentang peluang investasi dan instrumen keuangan yang tersedia bagi mereka di pasar.

“Mereka harus mempelajari tentang platform investasi, baik itu fitur, manfaat, layanannya, yang memberi mereka akses ke aset yang mereka minati dan mulai dengan berinvestasi dalam jumlah kecil,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×