Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan start-up mulai menghiasi papan perdagangan di Bursa Efek Indonesia. Pada Kamis (5/10) pekan lalu, PT Kioson Komersial Indonesia (KIOS) mencatatkan saham perdana di pasar modal domestik.
IPO KIOS ini jadi pembuka sejarah. Untuk pertama kalinya, startup di Indonesia menggunakan IPO sebagai jalur mencari permodalan.
Chief Executive Officer (CEO) KIOS Jasin Halim menjelaskan, pasar modal memang jadi pilihan strategis untuk mengumpulkan dana. "Jalur IPO merupakan terobosan dan jalur pendanaan ini sesuai dengan moto kami: keep changing," jelas Jasin pada KONTAN, belum lama ini.
Bagi dia, jalur IPO bukan hal yang tabu bagi perusahaan startup. Apalagi, dalam iklim euforia start up unicorn, pasar dan investor bakal melihat potensi menarik untuk ikut terlibat dalam sektor ini.
Jasin mengaku KIOS tidak bersaing dengan para unicorn yang sudah mapan di Indonesia, namun melengkapi varian layanan digital. Aplikasi KIOS berfungsi untuk membantu masyarakat yang tinggal di kawasan luar perkotaan untuk mengirim uang.
KIOS merupakan startup e-commerce business to business (B2B) yang menyediakan berbagai layanan transfer uang. Misinya adalah menggandeng kios-kios UMKM di Indonesia untuk menjadi mitra, yang bakal membantu masyarakat sekitar mengakses layanan finansial. Layanan KIOS mencakup pembayaran tagihan air, token listrik, isi ulang pulsa dan pembayaran transaksi e-commerce. Barang pun bisa dikirim langsung ke alamat rumah pembeli atau mitra toko KIOS.
Jasin melihat, pangsa pasar startup e-commerce sangat besar. Buktinya, pencatatan saham perdananya oversubscribedhingga 10 kali lipat. Target dana Rp 45 miliar dengan mudah diraup.
KIOS melihat, ada beberapa faktor yang membuat KIOS sangat penting. Pertama, akses keuangan yang masih terbatas di area luar perkotaan alias rural, serta minat besar masyarakat pada jual-beli secara online. "Ini terutama untuk area rural yang belum memiliki akses perbankan yang banyak, tapi mereka mengenal ritel-ritel online yang besar. Mereka seharusnya punya kesempatan yang sama untuk belanja," jelas Roby Tan, Komisaris KIOS. Menurut dia, berkat bergabung dengan KIOS, tidak sedikit toko-toko yang menjadi mitra mendapat tambahan pendapatan hingga mencapai Rp 90 juta.
Ke depan, KIOS menyiapkan fitur pinjaman uang untuk mitra yang terkendala akses modal. KIOS akan bekerjasama dengan perusahaan teknologi finansial (tekfin) peer-to-peer (P2P) lending. Target KIOS adalah menyediakan pendanaan mikro yang diberikan pada partner B2B dan calon mitra yang tertarik bergabung.
KIOS juga menyediakan bantuan untuk membuka rekening. Mereka merangkul Bank Negara Indonesia. Jasin menjelaskan, KIOS akan menyediakan perangkat buka rekening. Maka toko mitra bisa jadi representasi bank untuk tarik dan setor tunai.
Ada juga rencana Jasin membuka komunikasi dengan e-commerce untuk menjalin kerjasama lebih banyak.
Ke depan, KIOS berencana melebarkan sayap kemitraannya. Jasin menjelaskan, KIOS menargetkan jumlah mitra kerjasama bisa bertambah hingga 300.000 mitra di akhir 2018 nanti. Saat ini, KIOS memiliki jaringan hingga 19.000 mitra kios di ratusan kota di Indonesia.
Ekspansi KIOS
KIOS akan memulai ekspansi dari Aceh hingga Papua. Salah satu kota yang mereka lihat memiliki prospek bagus adalah Pematang Siantar di Sumatra Utara. Pasalnya, ada banyak toko dan UKM di kota tersebut, namun akses perbankan dan transportasi ke kota dan bank besar masih terbatas. Untuk tahun ini, KIOS berencana mendapatkan tambahan 500 toko.
Usai melakukan proses initial public offering (IPO), KIOS langsung menggunakan dana segar yang berhasil dihimpun untuk mengakuisisi PT Narindo Solusi Komunikasi. Jasin mengatakan, KIOS kini menggenggam hingga 99% saham Narindo.
Narindo dipilih karena manajemen melihat perusahaan tersebut bakal memperkuat bottom line KIOS. Apalagi Narindo memiliki bisnis agregator e-voucher yang dapat memperkuat posisi KIOS.
Melalu ekspansi ini, KIOS menargetkan pertumbuhan pendapatan di akhir tahun yang fantastis, yakni melonjak 1.900% atau Rp 500 miliar. "Akuisisi ini berperan strategis untuk memperkuat infrastruktur kami di daerah melalui aset yang sudah dimiliki Narindo," jelas Jasin.
Padahal dalam laporan keuangan yang mereka gunakan untuk mendaftar di BEI, per April 2017, KIOS masih menderita kerugian Rp 4,45 miliar. Sedangkan pendapatannya meningkat 445,97% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp 25,96 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News