kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kinerja United Tractors (UNTR) ditopang bisnis emas


Selasa, 30 Juli 2019 / 21:27 WIB
Kinerja United Tractors (UNTR) ditopang bisnis emas


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Strategi Grup Astra masuk ke bisnis emas melalui PT United Tractors Tbk (UNTR) anggota indeks Kompas100 ini, terbilang jitu. Manuver ini bisa dibilang berhasil mengurangi risiko fluktuasi di sektor lain yang digeluti konglomerasi bisnis tersebut.

Secara konsolidasi, UNTR masih mampu mencatat kenaikan pendapatan 11% sepanjang semester pertama tahun ini menjadi Rp 43,32 triliun. Namun, jika dirinci lebih jauh, pendapatan UNTR yang selama ini berasal dari penjualan alat berat justru turun 13% menjadi Rp 12,1 triliun.

Baca Juga: Meski laba turun 3%, analis nilai kinerja Astra International (ASII) masih wajar

Padahal, segmen ini merupakan core bisnis perusahaan.

Ari Setyawan, Investor Relations UNTR dalam keterangan resminya mengatakan, penurunan itu terjadi setelah penjualan alat berat turun 20% menjadi 1.917 unit.

"Ini disebabkan oleh melemahnya penjualan alat berat di sektor pertambangan dan perkebunan," ujarnya, Selasa (30/7).

Performa kurang moncer juga terjadi di segmen industri konstruksi yang digarap melalui PT Acset Indonusa Tbk (ACST). Pendapatan perusahaan yang dimiliki UNTR melalui PT Karya Supra Perkasa (KSP) ini turun 7% mebjadi Rp 1,5 triliun.

Penurunan disebabkan oleh kontribusi yang lebih rendah dari segmen infrastruktur seiring dengan beberapa proyek yang saat ini hampir rampung. 

Baca Juga: Jadi jawara indeks saham paling moncer, inilah 18 konstituen indeks SMinfra18

ACST bahkan mencatat rugi bersih sebesar Rp 404 miliar, dari sebelumnya mencatat laba bersih sebesar Rp73 miliar pada periode yang sama tahun 2018.

Hal tersebut disebabkan karena adanya keterlambatan penyelesaian beberapa proyek Contractor Pre-Financing (CPF) dan proyek struktur yang menyebabkan peningkatan biaya pendanaan (funding cost), biaya overhead dan biaya percepatan penyelesaian proyek.

Tidak seperti dua segmen tersebut, bisnis UNTR di sektor pertambangan emas justru langsung moncer setelah diakuisisi jelang penutupan akhir tahun lalu.

Baca Juga: Industri otomotif masih mengalami perlambatan penjualan hingga akhir tahun

Melalui PT Agincourt Resources, UNTR mampu menjual 194.000 ons emas. Ini setara dengan pendapatan Rp 3,6 triliun.

Sementara, mengutip laporan keuangan perusahaan, UNTR mampu mencetak laba kotor Rp 1,63 triliun dari bisnis ini. Sementara, laba sebelum pajak penghasilan tercatat Rp 1,4 triliun.

Asal tahu saja, jika dikonversikan dalam bentuk uang, cadangan emas Agincourt terbilang cukup menguntungkan. Sesaat setelah diakuisisi, Agincourt memberikan pendapatan dan laba tahun berjalan masing-masing Rp 681,6 miliar dan Rp 276,5 miliar.

Baca Juga: Industri Pertambangan Lesu, Produksi Alat Berat Tahun 2019 Turun

Masih mengacu pada laporan keuangan UNTR, jika keuangan Agincourt dikonsolidasikan sejak awal Januari 2018, maka laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian tahun 2018 akan menunjukkan jumlah pendapatan bersih sebesar Rp 92,81 triliun dan laba tahun berjalan sebesar Rp 13,87 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×