Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan harga Crude Palm Oil (CPO) belakangan ini diyakini akan memberi berkah bagi emiten produsen CPO, salah satunya adalah PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG).
Kepala Riset Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy mengatakan, TAPG kenaikan harga CPO belakangan ini akan mendongkrak kinerja TAPG pada tahun ini.
Walaupun TAPG bukan produsen CPO yang berorientasi ekspor karena memasarkan seluruh produknya ke pasar domestik, ia yakin hal tersebut tidak banyak berpengaruh.
“Harga CPO di pasar domestik per kilo itu tidak berbeda dengan harga ekspor, artinya TAPG tetap diuntungkan dengan kenaikan harga CPO,” kata Robertus ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (9/3).
Baca Juga: Ada Kebijakan DMO CPO, Simak Rekomendasi Saham Triputra Agro (TAPG)
Selain itu, Robertus juga menyebut secara kinerja, TPAG memiliki potensi yang menjanjikan. Hal ini didasari oleh aset pohon TAPG yang relatif muda dibandingkan rata-rata industri.
Adapun, per September 2021, tanaman sawit TAPG tercatat rata-rata masih berusia 11,5 tahun (industri: 13 tahun) dengan 78,9% umur tanaman berada di rentang 7-20 tahun.
Meskipun masih muda, FFB yield yang dihasilkan TAPG cukup superior dengan terus berada di atas level 20,0 ton/ha. Angka tersebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis yang memiliki rata-rata FFB yield sebesar 17,1 ton/ha.
Baca Juga: Mengulas Saham Rekomendasi Analis untuk Perdagangan Selasa (8/3)
Ditambah lagi, Robertus menyebut TAPG berencana untuk mengoperasikan pabrik tambahan dengan kapasitas pemrosesan 30 ton/jam di kuartal II-2022 mendatang yang bisa semakin mendorong produktivitas perseroan.
“Selain itu, TAPG juga ekspansi untuk memasuki pasar midstream, dengan mengoperasikan pabrik Palm Kernel Oil (PKO) secara komersial pada paruh kedua tahun ini,” imbuhnya.
Sementara analis Samuel Sekuritas Yosua Zisokhi dalam risetnya pada 4 Februari 2022 menambahkan bahwa TAPG secara fundamental punya kondisi yang kuat.
Hal ini didukung oleh solidnya margin keuntungan perusahaan di tengah harga CPO yang berada di level tinggi dalam setahun terakhir membuat eksposur hutang TAPG berkurang.
Dia memproyeksikan, DER TAPG pada tahun ini dan 2023 diproyeksikan mencapai 0.4x dan 0.3x, turun, atau turun dari 0.7x pada 2020 silam. Di sisi lain, net gearing pada tahun ini dan tahun depan juga dapat berada pada level 0.0x, atau turun dari level 0.4x pada 2020.
“Struktur keuangan yang sehat membuat kinerja keuangan TAPG dalam jangka panjang dapat terjaga dengan baik. Hal tersebut juga membuat TAPG masih dapat berekspansi 1 pabrik kelapa sawit baru di tahun ini,” terang Yosua.
Baca Juga: Triputra Agro Berkomitmen Menyalurkan CPO untuk Kebutuhan Minyak Goreng Dalam Negeri
Dari sisi kinerja, Yosua melihat outlook harga CPO yang tinggi (di atas RM 4.000 per ton) dapat mendongkrak kenaikan pendapatan TAPG pada tahun ini sebesar 16,5% yoy menjadi Rp 7,88 triliun.
Lalu, dengan beban operasional yang diperkirakan dapat terkontrol dengan baik, terlebih dengan penerapan pertanian berbasis teknologi, laba operasional TAPG pada tahun ini dapat tumbuh 18% yoy dengan OPM 28.4%. Alhasil, laba bersih juga berpotensi terangkat 18.2% yoy menjadi Rp 1,79 triliun dengan NPM mencapai 22.8% (vs 22.4% di 2021).
Ia pun merekomendasikan untuk beli saham TAPG dengan target harga Rp 1.050 per saham. Sedangkan Robertus juga merekomendasikan beli dengan target harga Rp 900 per saham. Adapun, pada perdagangan hari ini, Rabu (9/3), saham TAPG ditutup melemah 2,44% ke Rp 800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News