Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
Sementara analis Samuel Sekuritas Yosua Zisokhi dalam risetnya pada 4 Februari 2022 menambahkan bahwa TAPG secara fundamental punya kondisi yang kuat.
Hal ini didukung oleh solidnya margin keuntungan perusahaan di tengah harga CPO yang berada di level tinggi dalam setahun terakhir membuat eksposur hutang TAPG berkurang.
Dia memproyeksikan, DER TAPG pada tahun ini dan 2023 diproyeksikan mencapai 0.4x dan 0.3x, turun, atau turun dari 0.7x pada 2020 silam. Di sisi lain, net gearing pada tahun ini dan tahun depan juga dapat berada pada level 0.0x, atau turun dari level 0.4x pada 2020.
“Struktur keuangan yang sehat membuat kinerja keuangan TAPG dalam jangka panjang dapat terjaga dengan baik. Hal tersebut juga membuat TAPG masih dapat berekspansi 1 pabrik kelapa sawit baru di tahun ini,” terang Yosua.
Baca Juga: Triputra Agro Berkomitmen Menyalurkan CPO untuk Kebutuhan Minyak Goreng Dalam Negeri
Dari sisi kinerja, Yosua melihat outlook harga CPO yang tinggi (di atas RM 4.000 per ton) dapat mendongkrak kenaikan pendapatan TAPG pada tahun ini sebesar 16,5% yoy menjadi Rp 7,88 triliun.
Lalu, dengan beban operasional yang diperkirakan dapat terkontrol dengan baik, terlebih dengan penerapan pertanian berbasis teknologi, laba operasional TAPG pada tahun ini dapat tumbuh 18% yoy dengan OPM 28.4%. Alhasil, laba bersih juga berpotensi terangkat 18.2% yoy menjadi Rp 1,79 triliun dengan NPM mencapai 22.8% (vs 22.4% di 2021).
Ia pun merekomendasikan untuk beli saham TAPG dengan target harga Rp 1.050 per saham. Sedangkan Robertus juga merekomendasikan beli dengan target harga Rp 900 per saham. Adapun, pada perdagangan hari ini, Rabu (9/3), saham TAPG ditutup melemah 2,44% ke Rp 800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News