Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laba bersih dan pendapatan PT Chandra Asri Petrichemical Tbk (TPIA) kompak turun sepanjang tahun 2019. Tahun lalu, emiten petrokimia ini membukukan pendapatan bersih sebesar US$1,88 miliar, turun 26% dibandingkan dengan pencapaian pendapatan pada tahun 2018 yang mencapai US$ 2,54 miliar.
Entitas usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini juga membukukan penurunan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Pada 2019, laba bersih TPIA sebesar US$ 22,88 juta atau turun 87,4% dari laba bersih tahun 2018 yang mencapai US$ 181,651 juta.
Direktur SDM & Urusan Korporat dan Sekretaris Perusahaan Chandra Asri, Suryandi mengatakan turunnya pendapatan disebabkan adanya turnaround maintenance (TAM) terjadwal sehingga menyebabkan volume penjualan TPIA pada 2019 menjadi lebih rendah.
Baca Juga: Virus corona merebak, bagaimana kelanjutan proyek CAP2 milik Chandra Asri (TPIA)?
Analis Danareksa Sekuritas Ignatius Teguh Prayoga mengamini bahwa penurunan kinerja TPIA pada tahun lalu salah satunya disebabkan oleh TAM yang berlangsung sekitar dua bulan. Selain itu, kinerja TPIA juga dipengaruhi turunnya harga jual produk petrokimia seiring dengan turunnya harga minyak dunia.
Namun, dengan beroperasinya pabrik polypropylene (PP) baru yang meningkatkan total kapasitas produksi hingga 14,7%, Teguh mengharapkan kinerja triwulanan TPIA yang lebih baik. Penurunan harga minyak juga akan mempengaruhi harga naphtha dan petrokimia. Sebelumnya, Danareksa Sekuritas memperkirakan harga naptha global dan petrokimia turun sekitar 20% pada tahun ini.
“Karena harga petrokimia memiliki korelasi positif yang kuat dengan harga minyak, anjloknya harga minyak juga akan menurunkan harga petrokimia. Ini dapat menyebabkan kinerja yang lebih lemah untuk TPIA, karena harga jual rerata atau average selling price (ASP) berperan dalam menentukan top line,” tulis Teguh dalam riset, Selasa (17/3).
Baca Juga: Turunnya Harga minyak dunia jadi angin segar bagi Chandra Asri (TPIA)
Selain itu, Teguh juga memperkirakan volume penjualan yang lebih rendah pada tahun ini karena aktivitas manufaktur mungkin menurun seiring merebaknya Covid-19. Namun, Teguh masih memperkirakan dampak dari fenomena ini.
Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai, pelemahan harga minyak bisa terus terjadi sampai kasus penyebaran virus Corona (Covid19) mereda dan permintaan dari China dapat kembali pulih sediakala. Harga minyak juga bisa naik ketika terciptanya kesepakatan untuk melakukan pemangkasan produksi di negara-negara produsen minyak dunia.
Sukarno juga belum menerawang sejauh mana dampak penyebaran virus Covid19 terhadap industri petrokimia. “Tetapi yang pasti, mayoritas industri ikut terdampak,” terang dia.
Baca Juga: Pendapatan turun, laba Chandra Asri (TPIA) merosot 87% pada 2019
Hari ini, saham TPIA ditutup melemah 6,92% ke level 6.050 per saham. Sejak awal tahun, saham TPIA tergerus 41,69%. Sukarno merekomendasikan wait and see saham TPIA sebab masih bisa mengalami koreksi lanjutan.
Sementara Teguh memasang rekomendasi hold saham TPIA dengan target harga Rp 8.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News