Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) dilihat masih prospektif hingga akhir tahun 2025.
Saham STAA tercatat naik 25,35% dalam sebulan terakhir. Sejak awal tahun, saham STAA sudah melesat 62,8% year to date (YTD).
Pergerakan saham itu sejalan dengan kinerja STAA per semester I yang tampak masih solid. Penjualan neto tercatat sebesar Rp 3,58 triliun per 30 Juni 2025, naik 33,22% secara tahunan alias year on year (YoY) dari Rp 2,69 triliun pada periode sama tahun lalu.
Laba bersih juga menjadi Rp 656,72 miliar per semester I 2025, naik 55,15% YoY
Equity Analyst Phillip Sekuritas, Marvin Lievincent mengatakan, STAA membukukan kinerja kuat pada semester I 2025 didukung harga CPO yang tinggi. Volume penjualan yang lebih tinggi juga meningkatkan pendapatan dan margin, sementara pengendalian biaya yang disiplin semakin memperkuat profitabilitas.
Baca Juga: Saham RATU, TRUE, NIKL, ABBA Dipantau Bursa, Begini Prospeknya ke Depan
“Kinerja ini menunjukkan leverage operasional dan ketahan STAA di tengah lingkungan pasar yang volatil,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (9/10).
Research Analyst Mirae Asset Sekuritas, Abyan Habib Yuntoharjo mengatakan, STAA mengelola perkebunan seluas lebih dari 49.728 hektar di lima provinsi dengan 15 perkebunan, 10 pabrik, dan aset hilir yang terintegrasi.
Kilang berkapasitas produksi 2.000 ton per hari di Dumai dengan cepat mencapai utilitasi 78%, serta memproses sekitar 50% CPO di wilayah Sumatera. Kilang ini juga mengeksekusi 9.000 ton untuk ekspor produk RDB Olein.
“Integrasi ini meningkatkan fleksibilitas di seluruh operasi midstream dan hilir, sehingga mempertahankan profitabilitas melalui skala yang efisien dan aliran pendapatan yang terdiversifikasi,” ujarnya dalam riset tertanggal 30 September 2025.
Prospek dan Rekomendasi
Meskipun harga CPO global bergejolak, permintaannya tetap kuat didukung oleh mandat biodiesel B40 Indonesia dan pertumbuhan yang stabil di sektor makanan, kosmetik, dan oleokimia.
“Pendorong di pasar domestik itu bisa membantu mengimbangi tekanan eksternal, sehingga memberikan potensi kenaikan kinerja STAA,” kata Marvin.
Dengan fundamental yang kuat, saham STAA diperdagangkan dengan valuasi menarik dibandingkan perusahaan perusahaan sawit nasional.
Melansir RTI, price to earning ratio (PER) STAA ada di level 11x dan price to book value (PBV) 2,61x.
“Meskipun terdapat risiko cuaca dan perubahan regulasi, saham STAA masih undervalued dan punya entry point yang menarik seiring dengan pertumbuhan sektor sawit,” ungkapnya.
Marvin pun merekomendasikan beli untuk STAA dengan target harga Rp 1.300 per saham
Abyan melihat, STAA punya momentum pertumbuhan yang baik di sepanjang tahun 2025. Hal itu didukung juga oleh harga CPO global yang kuat dengan rata-rata MYR 4.321 per ton YTD.
STAA juga punya pabrik baru berkapasitas 300.000 ton yang bisa mendorong proyeksi produksi tandan buah segar (TBS) naik 6% YoY hingga 2 juta ton dan produksi CPO naik 10,1% menjadi 429 ribu ton.
Abyan pun merekomendasikan beli untuk STAA dengan target harga Rp 1.600 per saham. Proyeksi EBITDA perseroan naik 22,1% YoY menjadi Rp 1,6 triliun di akhir tahun 2025. Laba bersih pun diproyeksikan mencapai Rp 1,8 triliun.
“Sementara, di tahun 2026, EBITDA diproyeksikan bisa naik 13,8% menjadi Rp 1,8 triliun,” ungkapnya.
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham STAA ada di level support Rp 1.300 per saham dan resistance Rp 1.370 per saham. Herditya pun merekomendasikan speculative buy untuk STAA dengan target harga Rp 1.400 - Rp 1.425 per saham.
Baca Juga: Prospek Cerah Kinerja Japfa Comfeed, Intip Target Harga Saham JPFA dari Analis
Selanjutnya: Bank Neo Commerce Relokasi KCP Pantai Indah Kapuk dan KC Medan
Menarik Dibaca: Sinopsis The Woman in Cabin 10, Film Psychological Thriller Baru di Netflix
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News