Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
Di segmen bisnis kawasan industri, laba sebelum pajak pada kuartal IV melonjak 264% QoQ menjadi Rp 509 miliar. Capaian positif ini menyusul lonjakan pendapatan sebesar 390% QoQ menjadi Rp 1,4 triliun, terutama disebabkan oleh penjualan lahan yang signifikan kepada perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri berat seperti industri hilir petrokimia dan logam.
Secara kumulatif tahun 2023, EBITDA dan laba bersih konsolidasi AKRA sebesar Rp 3,8 triliun dan Rp 2,8 triliun masing-masing lebih tinggi 11% yoy dan 16% yoy. Pencapaian ini mencerminkan 99% dan 100% perkiraan Mirae Asset sebelumnya.
Oleh karena itu, Robertus menyarankan buy untuk AKRA dengan target harga sebesar Rp 1.900 per saham. Target harga AKRA masih berpotensi mengalami peningkatan ke depannya.
Proyeksi tersebut karena mempertimbangkan lonjakan harga bahan bakar minyak baru-baru ini, panduan tingkat produksi yang lebih tinggi dari beberapa perusahaan pertambangan terbesar di negara ini, dan antisipasi masuknya beberapa pemain global ke dalam kawasan industri AKRA di bidang hilir logam, kimia, dan industri berat lainnya.
"Kami mempertahankan pandangan positif terhadap AKRA,” ucap Robertus kepada Kontan.co.id, Selasa (26/3).
Senada, Hasan masih mempertahankan rekomendasi buy untuk AKRA dengan target harga sebesar Rp 2.000 per saham. BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan proyeksi pendapatan AKRA tahun 2024-2025 dengan pertumbuhan Earning Per Share (EPS) masing 2% dan 4%.
Pendapatan AKRA diperkirakan sebesar Rp 34,54 triliun dan Rp 33,54 triliun untuk tahun 2024 dan 2025 dengan proyeksi laba bersih sebesar Rp 2,82 triliun dan Rp 2,92 triliun. Meski begitu, kinerja AKRA berpotensi lebih tinggi, jika penjualan tanah AKRA mencapai target manajemen sebesar 133 ha dibandingkan perkiraan sebesar 100 ha.
Risiko dari rekomendasi ini ialah jadwal penjualan tanah yang tertunda, volume bahan bakar yang lebih rendah, dan margin per liter yang lebih rendah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News