Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beban utang dan kinerja keuangan yang menurun, menyeret turun harga saham sektor konstruksi. Analis memproyeksikan perbaikan kinerja sektor konstruksi di tahun ini masih berat Risiko pada saham dengan valuasi murah ini tinggi.
Berdasarkan data RTI hingga Jumat (23/6), harga saham emiten konstruksi kompak melemah. PT Waskita Karya (WSKT) melemah 43% ytd ke 202. Sedangkan, PT Wijaya Karya (WIKA) melemah 34% ke Rp 525. Sementara, PT PP (PTPP) melemah 17% ke Rp 590. Kompak, PT Adhi Karya (ADHI) melemah 4,96% ytd ke Rp 460.
Leonardo Lijuwardi, Analis NH Korindo Sekuritas mengatakan saat ini semua emiten BUMN karya secara tren jangka menengah hingga panjang berada pada kondisi downtrend.
Tentu hal tersebut juga berkolerasi dengan kondisi fundamental emiten BUMN karya yang terbeban utang dengan debt to equity ratio (DER) yang cenderung tinggi dan cashflow yang kurang baik.
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan selain sentimen fundamental emiten konstruksi yang negatif, harga saham emiten konstruksi melemah juga karena sentimen pasar yang mengalami koreksi.
Baca Juga: Pasar Modal Semarak, Begini Peluang dan Tantangan IPO di Tahun Ini
"Pada kondisi indeks harga saham gabungan (IHSG) cenderung koreksi, saham-saham yang masih memiliki kinerja fundamental negatif akan responsif terhadap sentimen negatif pasar," kata Alfred, Rabu (21/6).
Sehingga tidak heran, bila IHSG koreksi maka tekanan jual pada sektor konstruksi saat ini jadi meningkat. Sebaliknya, aksi beli yang dilakukan investor, mayoritas akan menyasar pada saham dengan kinerja fundamental yang lebih baik atawa positif.
Lihat saja, fundamental sektor konstruksi hingga kuartal I 2023. Kinerja keuangan sektor konstruksi di periode tersebut kompak melemah. WSKT catatkan rugi bersih Rp 374,93 miliar dan pendapatan menurun 0,36% yoy ke Rp 2,73 triliun.
WIKA juga catatkan rugi bersih Rp 521,26 miliar. Sementara, pendapatan ADHI menurun 30% yoy ke Rp 3,78 triliun. Sedangkan, hanya PTPP yang membukukan kenaikan pendapatan sebesar 1,94% jadi Rp 4,36 triliun dan laba bersih juga naik 21,45% jadi ke Rp 34,22 miliar.
Lantas, adakah momentum, harga saham emiten konstruksi kembali naik? Alfred mengatakan permasalahan besar emiten karya adalah anjloknya pendapatan dan utang.
Untuk, WSKT dan WIKA kedua emiten ini mengalami kedua persoalan tersebut.
Baca Juga: Saham Jasa Marga (JSMR) Nyaman di Zona Hijau, Simak Rekomendasi Analis
Alhasil, proses perbaikan dari dua masalah tersebutlah yang akan menjadi katalis positif atau momentum untuk harga saham emiten tersebut membaik.
Namun, upaya BUMN karya dalam meningkatkan raihan proyek, perseroan Alfred katakan akan terkendala dalam hal pendanaan modal kerja.
Karena itu, permasalahan utang (likuiditas) harus segera diselesaikan agar BUMN karya memiliki ruang leverage untuk mendukung pendanaanya.
Karena, harus diakui pula bahwa yang membuat utang BUMN karya naik signifikan tidak lepas dari pelaksanaan penugasan dari pemerintah.
Sebelum pandemi Covid-19, BUMN karya masih memiliki kemampuan dalam pemenuhan beban utang. Namun, karena faktor Covid-19 yang terjadi di 2020-2022, pendapatan emiten jadi anjlok dan kemampuan beban utang hilang sehingga menderita kerugian bersih.
Lebih jauh hingga akhir tahun ini, Alfred memproyeksikan kinerja keuangan BUMN karya belum akan tumbuh positif. Kendala lain datang dari tahun ini yang sudah memasuki tahun politik jelang Pemilu 2024.
Kondisi ini membuat proses restrukturisasi BUMN karya akan sulit terealisasi. Begitu juga untuk raihan proyek-proyek infrastruktur.
"Tahun politik identik dengan sikap wait and see oleh pelaku usaha, apalagi yang capital intensive, jadi untuk tahun ini proyeksi perbaikan kinerja emiten konstruksi masih berat," kata Alfred.
Saat ini, Alfred menilai saham BUMN karya menjadi saham dengan level risiko yang tinggi. Kembali lagi, penyebabnya adalah kondisi fundamental mereka yang negatif.
Kepada para investor dengan risiko risk averse sebaiknya menghindari saham BUMN karya.
"Masih banyak pilihan saham yang memiliki fundamental yang baik dengan valuasi yang murah," kata Alfred.
Namun, pelemahan di sektor jasa konstruksi saat ini Alfred proyeksikan tidak akan berlangsung lama. Tahun 2024 menjadi momentum pemulihan. Optimisme tersebut muncul setelah pandemi Covid-19 dan Pemilu selesai.
Baca Juga: Kisruh Emiten BUMN Karya Tidak Akan Mempengaruhi Total Kapitalisasi Pasar BUMN
"Jadi bagi investor risk taker, kondisi koreksi harga saat ini bisa menjadi potensi untuk akumulasi beli, apalagi secara historis belum pernah emiten BUMN mengalami kebangkrutan," kata Alfred.
Pernah juga terjadi, GIAA dan KRAS mengalami level utang yang signifikan tetapi didukung oleh pemerintah melalui restrukturisasi dan suntikan modal. Alfred merekomendasikan hold untuk semua saham emiten karya.
Sementara, Leonardo mengatakan momentum BUMN karya untuk bangkit erat kaitannya dengan proses pengembangan proyek-proyek bombastis kedepannya, seperti Ibu Kota Negara (IKN).
Selain itu, sentimen yang diharapkan dapat menjadi katalis positif emiten konstruksi adalah adanya restrukturisasi yang cukup masif, baik itu restrukturisasi terhadap utang perbankan serta obligasi korporasi BUMN karya.
Sentimen positif yang paling penting lainnya, tentu perbaikan kinerja sekaligus GCG dari BUMN karya ini.
"Sektor konstruksi pemerintah ke depannya diharapkan juga memiliki model bisnis yang lebih baik, sehingga bisa lebih fkus dan terspesialisasi," kata Leonardo.
Khususnya, untuk WIKA katalis positif yang diharapkan datang adalah suntikan dana dari Penyertaan Modal Negara (PMN). Dana suntikan tersebut bisa mereduksi beban utang dan berpengaruh pada perbaikan cashflow WIKA.
Kesimpulannya, Lenardo mengatakan prospek pembangunan dari emiten konstruksi merupakan faktor yang harus dipandang baik dan pastinya ke depan akan berlanjut. Namun, hal tersebut harus diwaspadai terutama terikat beban utang dari BUMN karya ini.
"Investor harus memastikan bahwa kinerja-kinerja dari BUMN karya setiap kuartal setidaknya menunjukkan perbaikan, terutama dari sisi cashflow," kata Leonardo.
Baca Juga: Prospek Emiten Konstruksi Swasta Lebih Positif Ketimbang BUMN Karya
Berikut analisa teknikal terhadap saham konstruksi dari NH Korindo Sekuritas.
Harga saham sudah mampu break out pattern parallel channel yang mengindikasikan downtrend jangka menengah. Dengan demikian harga saham WIKA selanjutnya menuju target Rp 600/Rp 650.
Uptrend jangka pendek ditopang oleh support MA10, 50, 20 berturut-turut di urutan sebagai berikut Rp 515/Rp 490/Rp 460.
Secara keseluruhan harga saham WSKT masih berjalan dalam tren turun dalam jangka panjang. Namun, berdasarkan posisi RSI saat ini sudah terdeteksi pola bottoming jangka pendek.
Potensial uji resistance MA10 dan MA20 di sekitar Rp 214 atau level tersebut jadi titik average up. Support di Rp 195/Rp 198-Rp 200 dan target harga di Rp 236-242/Rp 262/ Rp 276.
Harga saham sudah berusaha naik dalam jangka pendek dan bergerak di atas support ketiga MA yang mulai diurut rapi dengan posture ke atas.
Potensial terdeteksi pola bullish reversal, double bottom dengan neckline (resistance) penting sekitar Rp 650-Rp 660. Rekomendasi spekulatif beli di Rp 605-Rp 600. Target dekat di Rp 650-Rp 660.
Jika level tersebut tembus bisa jadi titik average up. Dengan target selanjutnya di Rp 700/Rp 740/Rp 800-Rp 830. Support di Rp 600/Rp 570-Rp 560.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News