Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana selama tiga bulan pertama tahun ini masih mengecewakan. Penyebabnya, tekanan sentimen internal maupun eksternal, termasuk diantaranya adalah ketidakpastian pemulihan ekonomi akibat virus Covid-19.
Infovesta Utama dalam riset mingguannya yang dikeluarkan pada Senin (5/4) menyatakan, kinerja reksadana jenis pasar uang merupakan satu-satunya jenis reksa dana yang mencatatkan imbal hasil positif selama tiga bulan terakhir dengan risiko disetahunkan yang paling kecil.
“Di tengah tren suku bunga acuan masih yang masih turun di mana hingga Februari lalu berada di 3,5% sehingga tingkat imbal hasil instrumen investasi pasar uang seperti deposito semakin rendah. Nyatanya di tengah gejolak pasar yang terjadi pada kuartal I-2021 ini, reksadana pasar uang tetap dapat mempertahankan kinerjanya untuk berada di zona positif,” tulis Infovesta Utama dalam risetnya.
Berikut ini merupakan tabel kinerja reksadana sepanjang kuartal I 2021:
Sementara kinerja reksadana berbasis pendapatan tetap yang mengalami pelemahan sebesar 1,91% disebabkan oleh aksi jual investor asing terhadap Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp7,59 triliun.
Baca Juga: Reksadana pasar uang catat kinerja paling apik dalam sepekan terakhir
Pemicunya adalah kekhawatiran investor akan tren kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) akibat ekspektasi kenaikan inflasi AS dari kebijakan stimulus baik paket bantuan langsung maupun stimulus infrastruktur. Hal ini berdampak pada pelemahan di pasar obligasi Indonesia.
Infovesta Utama melihat, ke depannya, potensi capital gain dari instrumen obligasi masih akan cenderung terbatas. Hal ini mengingat potensi penurunan tingkat suku bunga lebih jauh cenderung kecil sehingga investor lebih mengandalkan pembagian kupon.
Lalu kinerja reksadana berbasis saham melalui Infovesta Equity Fund Index merupakan yang mengalami penurunan terbesar. Pelemahan pasar saham disebabkan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) khususnya di bulan Maret 2021 yang melemah 5,57% dan diikuti dengan aksi jual investor asing di bulan Maret saja mencapai Rp 2,06 triliun.
Meskipun demikian, IHSG selama kuartal I 2021 mampu menguat 0,54%%. Infovesta Utama meyakini belum terdapat sentimen positif yang cukup kuat untuk mendukung kinerja pasar saham Indonesia. Apalagi, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal I - 2021 masih berada di zona merah dengan kisaran -2% hingga -1%.
Dari sisi eksternal, investor mengantisipasi akan perlambatan pemulihan ekonomi akibat masih meningkatnya kasus Covid-19 secara global dan menyebabkan lockdown di beberapa negara Eropa.
“Oleh karena itu, investor perlu mengamati progres kasus Covid-19 serta program vaksinasi yang sedang berlangsung secara lokal dan global,” imbuh Infovesta Utama
Di Indonesia sendiri, kecepatan vaksinasi Covid-19 sudah mencapai 400.000 suntikan/hari dan akan meningkat secara bertahap hingga 1 juta suntikan/hari. Hal ini perlu didukung dengan adanya ketersediaan dan juga distribusi vaksin yang lancar.
Di sisi lain, pemerintah juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami pertumbuhan di kuartal II 2021 secara Year on Year (YoY) sebesar 7%.
Selain itu, menurut Lembaga Internasional seperti Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi membaik sepanjang 2021 secara (YoY) di zona positif yaitu 4,9% yang diharapkan dapat terealisasi dan mampu membangkitkan kinerja pasar modal Indonesia.
Baca Juga: Kinerja industri reksadana hingga kuartal I-2021 makin merosot
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News