kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Kinerja reksadana saham paling tertekan sepanjang semester pertama 2021


Minggu, 04 Juli 2021 / 12:17 WIB
Kinerja reksadana saham paling tertekan sepanjang semester pertama 2021
ILUSTRASI. Infovesta 90 Equity Fund Index yang mencerminkan kinerja reksadana saham turun 9,27% di semester pertama 2021.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang paruh pertama tahun ini, kinerja reksadana saham justru mengecewakan. Hal ini tercermin dari kinerja Infovesta 90 Equity Fund Index yang justru terkoreksi 9,27%. Kinerja tersebut jauh lebih buruk dibanding kinerja reksadana campuran (-3,74%), reksadana pendapatan tetap (0,63%), dan reksadana pasar uang (1,68%).

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, sedikit terjadi anomali pada pasar saham sepanjang semester pertama 2021. Pasalnya, IHSG masih berhasil naik 0,11% sepanjang semester pertama 2021. Kendati begitu, kinerja reksadana saham justru tersungkur dan underperformed

“Kenaikan IHSG pada tahun ini justru didorong oleh saham-saham yang tergolong non-likuid maupun second liner, di mana sahamnya bukan jadi portofolio reksadana saham. Tapi, jika melihat kinerja indeks LQ45 yang sahamnya banyak dijadikan portofolio reksadana saham, selama semester pertama 2021 kan juga terkoreksi 9,63%, jadi sebenarnya sejalan,” kata Wawan kepada Kontan.co.id, Jumat (2/7).

Wawan menilai, sepanjang paruh pertama tahun ini pasar saham memang minim katalis positif. Bahkan pasar saham kerap kali kena sentimen negatif seperti lonjakan kasus Covid-19 maupun ketidakpastian di pasar global. Tak mengherankan jika pada akhirnya kinerja reksadana saham pun belum mampu optimal.

Baca Juga: Berikut kinerja terbaik reksadana sepanjang paruh pertama tahun ini

Sementara untuk kinerja reksadana pendapatan tetap yang tercermin dari Infovesta 90 Fixed Income Index juga hanya tumbuh 0,63%. Wawan mengatakan, tekanan pada pasar obligasi pada kuartal pertama 2021 jadi pemberat kinerja reksadana pendapatan tetap. Saat itu, yield US Treasury naik drastis yang pada akhirnya membuat yield SBN ikut bergerak naik dan membuat harga terkoreksi.

Walau begitu, kembali stabilnya yield US Treasury dan melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) pada kuartal kedua 2021 membuat kinerja reksadana pendapatan tetap membaik.

Dengan adanya pemberat pada kinerja reksadana saham, campuran, maupun pendapatan tetap, praktis reksadana uang menjadi reksadana dengan kinerja paling baik pada paruh pertama di tahun ini. Adapun, Infovesta 90 Money Market Fund Index berhasil mencatatkan pertumbuhan 1,68%.

“Kinerja reksadana pasar uang sejauh ini on track menuju 3,5% pada akhir tahun nanti, artinya akan berhasil mengalahkan deposito yang sekitar 3%. Perlu diingat depostito itu masih gross, sementara reksadana pasar uang sudah net, jadi angka tersebut sudah bagus dalam kondisi saat ini,” imbuh Wawan.

Baca Juga: Saham Yang Baru Masuk Indeks Sri-Kehati Layak Dilirik

Selain itu, Wawan melihat reksadana pendapatan tetap walau sempat tertekan, masih berpotensi untuk memberikan imbal hasil 7% di akhir tahun nanti. Menurut dia, yield acuan SBN 10 tahun yang saat ini berada di 6,55% bisa bergerak menuju 6,0% pada akhir tahun. Selain itu, pembagian kupon juga akan ikut mendorong kinerja reksadana pendapatan tetap.

Dia bilang, walaupun saat ini ada sentimen tapering, pasar setidaknya sudah siap sejak jauh-jauh hari sehingga sentimen ini sudah mulai priced in. Oleh karena itu, Wawan melihat harga obligasi akan mulai bangkit pada sisa akhir tahun ini. Ditambah lagi, dengan data inflasi terbaru yang masih rendah, bisa jadi otoritas kembali menurunkan suku bunga acuan sebagai stimulus ekonomi.

Sementara untuk reksadana saham, Wawan memperkirakan outlook pada sisa akhir tahun ini masih akan agak berat. Pemulihan ekonomi yang digadang-gadang jadi faktor pendongkrak utama justru kembali terhambat. Apalagi, pemerintah kembali memberlakukan PPKM darurat yang akan membatasi aktivitas ekonomi dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi, khususnya pada kuartal ketiga 2021 yang akan terhambat.

“Proyeksi awal kami, reksadana saham bisa memberikan imbal hasil 10% pada tahun ini, kemungkinan besar akan kami revisi dengan perkembangan saat ini. (Target baru) harus melihat hasil laporan keuangan emiten pada kuartal kedua 2021,” ujar dia.

Baca Juga: PPKM Darurat bakal menekan bisnis kartu kredit, begini strategi perbankan

Dengan berbagai perkembangan terbaru yang terjadi, Wawan merekomendasikan, untuk investor dengan jangka waktu 1-3 tahun, bisa mengatur portofolionya menjadi 50% pada reksadana pendapatan tetap, 30% pada pasar uang, dan 20% pada saham. Ketika kondisi mulai membaik, porsi pasar uang bisa ditukar dengan reksadana saham.

Sementara untuk investor dengan jangka waktu 3-5 tahun, ia merekomendasikan untuk menyimpan dananya sebesar 40% pada reksadana saham, 40% pada reksadana pendapatan tetap, dan 20% pada reksadana pasar uang.

Baca Juga: Dampak tapering dinilai minim, yield SBN masih berpotensi menuju 6% pada akhir tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×