Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana pasar uang menguat atau tumbuh positif sepanjang April 2024. Berdasarkan data Infovesta Utama, reksadana pasar uang mencatatkan return 0,39% pada April 2024. Sedangkan secara kumulatif, sejak awal tahun (YtD) return reksadana pasar uang juga tercatat paling tinggi sebesar 1,53%.
Investment Specialist Sucorinvest Asset Management Felisya Wijaya melihat prospek reksadana pasar uang di tengah era suku bunga tinggi justru memberikan insentif menarik seperti kenaikan suku bunga deposito.
Menurut dia, yield curve yang cenderung flat memberikan kesempatan bagi produk reksadana pasar uang untuk bisa mengunci yield yang lebih tinggi, terutama dalam menggantikan produk pasar uang yang segera jatuh tempo.
“Akan tetapi investor perlu ingat bahwa prospek reksadana pasar uang juga tergantung pada kebijakan bank sentral dan kondisi ekonomi global, sehingga harus terus diperhatikan,” kata Felisya kepada Kontan.co.id, Kamis (16/5).
Baca Juga: Kinerja Reksadana Pasar Uang Positif, Simak Penopangnya
Menurut dia, hingga saat ini reksadana pasar uang masih menarik untuk dikoleksi. Terutama, bagi investor yang memiliki jangka waktu investasi singkat yakni di bawah dua tahun dan memiliki profil risiko yang konservatif. Apalagi bagi para investor yang mencari keamanan dan likuiditas yang tinggi.
Selain itu, reksadana pasar uang juga bisa menjadi salah satu pilihan untuk dijadikan diversifikasi aset.
Adapun berdasarkan historis, kinerja reksadana pasar uang selalu stabil bahkan tercatat positif setiap tahun meski potensi return bisa lebih rendah dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya, seperti saham atau obligasi. Tetapi reksadana pasar uang masih menarik untuk dikoleksi sebagai bagian dari diversifikasi portofolio.
Felisya menyebut, risiko yang berdampak negatif terhadap kinerja reksadana pasar uang juga sudah berkurang karena suku bunga acuan sudah berada di level yang cukup tinggi yaitu 6,25%. Nilai tukar rupiah juga sudah turun dari level tertingginya sejak 2020 di atas Rp 16.200 per dolar AS, kembali turun ke kisaran Rp 16.000 per dolar AS.
Secara keseluruhan, dia mengatakan bahwa reksadana pasar uang sering dialokasikan oleh investor sebagai alternatif yang lebih baik jika dibandingkan dengan deposito bank, karena dari sisi tingkat likuiditas lebih tinggi.
Felisya menyebutkan, rata-rata kondisi reksadana pasar uang masih berpotensi mendapatkan kinerja di level 3%-5% net, tergantung dari strategi yang dilakukan oleh masing-masing manajer investasi dalam pengelolaan reksadana pasar uang yang dikelolanya.
“Namun, kondisi pasar juga dinamis dan dapat berubah, sehingga dapat mempengaruhi potensi kinerja reksadana pasar uang juga,” imbuhnya.
Untuk itu, dia menjelaskan strategi yang dilakukan Sucorinvest Aset Management dalam mengelola reksadana pasar uang yakni, dengan cara manajemen durasi, manajemen rating dan likuiditas, di mana durasi maupun alokasi kas akan disesuaikan dengan tren suku bunga dan kebutuhan likuiditas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News