Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja reksadana menjelang akhir kuartal I 2025 menunjukkan pertumbuhan yang beragam.
Berdasarkan data Infovesta Utama per 12 Maret 2025, reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap mencatatkan kinerja terbaik dengan return masing-masing sebesar 1,56% secara year-to-date (ytd).
Indeks reksadana pasar uang turut mencetak return positif sebesar 1,01% ytd.
Sebaliknya, reksadana campuran dan reksadana saham mengalami penurunan. Reksadana campuran mencatatkan return minus 3,37% ytd, sementara reksadana saham tertekan dengan return minus 7,47% ytd.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Berbalik Arah, Pasar Uang Memimpin Penguatan, Ini 5 Terbaiknya
Direktur Utama STAR AM, Hanif Mantiq, menyatakan bahwa pergerakan tersebut dipengaruhi oleh sentimen negatif global dan domestik. Faktor global yang berpengaruh termasuk meningkatnya tensi perang dagang yang diberlakukan oleh Donald Trump.
Sementara dari domestik, penurunan rating saham dan obligasi Indonesia oleh Goldman Sachs turut memberi tekanan.
"Penurunan rating dari overweight menjadi market weight berdampak pada performa bursa, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap fundamental ekonomi dan emiten di Indonesia," ujar Hanif, Kamis (13/3).
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa Nilai Aktiva Bersih (NAB) pada Februari 2025 mencapai Rp 493 triliun, terkoreksi 1,4% dari bulan sebelumnya.
Sementara itu, Unit Penyertaan (UP) meningkat 0,77% dari periode sebelumnya. Hanif menilai peningkatan UP ditopang oleh reksadana pendapatan tetap dan pasar uang yang kinerjanya positif secara bulanan.
Head of Business Development Division Henan Putihrai AM, Reza Fahmi Riawan, menilai kondisi tersebut mencerminkan optimisme investor.
Baca Juga: Dana Kelolaan Reksadana April – September Meningkat, Masuk ke Pasar Uang dan Obligasi
"Penurunan NAB menandakan tekanan pada nilai aset yang dikelola, kemungkinan akibat volatilitas pasar atau penurunan harga aset dasar seperti saham," kata Reza.
Ke depan, apabila inflasi terkendali dan suku bunga mulai turun, sektor konsumer dan infrastruktur diperkirakan akan memberikan kontribusi positif terhadap kinerja reksadana saham. Namun, investor tetap diimbau untuk waspada terhadap sentimen negatif yang berpotensi muncul.
Direktur Infovesta Utama, Parto Kawito, menyarankan investor untuk menerapkan strategi diversifikasi portofolio. "Saat ini merupakan momen yang tepat untuk masuk pasar dan melakukan top up secara berkala dengan diversifikasi ke reksadana pendapatan tetap dan pasar uang," ujarnya.
Strategi ini dinilai dapat menurunkan harga rata-rata, sehingga berpotensi meredam kerugian. Namun, Parto mengingatkan bahwa setiap strategi investasi perlu disesuaikan dengan horizon investasi masing-masing.
Baca Juga: Reksadana Pasar Uang dan Obligasi Masih Jadi Favorit Investor
Ia juga menegaskan bahwa pasar masih berpotensi volatil, namun risiko kerugian akan lebih kecil jika harga sudah berada di level dasar yang lebih murah.
Selanjutnya: Bank Mandiri Siapkan Uang Tunai Rp 31,6 Triliun untuk Kebutuhan Ramadan dan Lebaran
Menarik Dibaca: 4 Buah Terbaik untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi, Baik buat Jantung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News