Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
Sedangkan dari AS, defisit anggaran pemerintah meningkat menjadi US$ -296 miliar pada Februari 2024 atau melebar 13% YoY. Defisit anggaran yang melebar disebabkan oleh level suku bunga the Fed ditahan cukup lama dalam level yang tinggi, sehingga memperbesar pembayaran bunga utang the Fed.
"Pelebaran defisit anggaran pemerintah AS mendorong tingkat ketidakpastian pasar," sebut Parto.
Untuk pasar obligasi, terlepas dari Infovesta Government Bond Index naik 0,03% ke level 10.208,18, yield SUN 10 tahun justru naik 0,21% menjadi 6,74%. Sentimen dari domestik cukup minim, namun sentimen kuat datang dari AS terutama rilis inflasi AS yang meningkat ke 3,2% YoY pada Februari 2024 dari 3,1% YoY di Januari 2024.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Campuran Terangkat Performa Saham
Laju inflasi yang cukup lambat untuk turun, mengkonfirmasi the Fed masih belum cukup untuk memangkas suku bunga FFR dalam waktu dekat hingga level inflasi menyentuh di level 2%.
Jika melihat probabilitas potensi perubahan suku bunga acuan The Fed dari indikator Fed Fund Futures, terlihat bahwa pada FOMC Meeting periode Maret dan Mei 2024, pasar mengekspektasikan FFR tetap akan dipertahankan di level 5,25% - 5,5%. Kemudian ntuk FOMC Meeting periode Juni 2024 baru ada potensi penurunan sebesar 25bps ke level 5% - 5,25% dengan probabilitas penurunan sebesar 55,2%.
Dalam sepekan ke depan, Parto menyarankan, pada pasar saham investor diharapkan dapat memilih saham yang berpotensi membagikan dividen yang menarik. Sedangkan pada obligasi, saat ini masih menjadi waktu yang tepat untuk mengkoleksi SUN.
Baca Juga: Investor Berbondong-Bondong Menanamkan Dana di Aset Spekulatif
"Investor dapat mengurangi porsi tenor jangka pendek dan menambah porsi tenor menengah hingga panjang," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News