kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Kinerja Reksadana Diproyeksi Menguat di Semester II-2024, Cermati Sentimennya


Rabu, 10 Juli 2024 / 14:55 WIB
Kinerja Reksadana Diproyeksi Menguat di Semester II-2024, Cermati Sentimennya
ILUSTRASI. Pasar modal. STAR AM memproyeksikan bahwa kinerja industri reksadana menguat di semeter II-2024, penurunan suku bunga jadi pemicunya.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana kini tengah mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari turunnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana dan Dana kelolaan atau asset under management (AUM).

Beragamnya pilihan investasi, rupanya juga membuat investor mulai beralih ke instrumen lain.

Direktur Utama Surya Timur Alam Rayat Asset Management (STAR AM), Hanif Mantiq, mengatakan, kinerja reksadana terus turun karena adanya fenomena pengalihan investasi dari reksadana ke Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) oleh nasabah institusi terutama asuransi.

Selain itu, Hanif menuturkan bahwa sentimen lainnya juga karena volatilitas di pasar saham masih besar, sehingga membuat para investor mencari investasi yang lebih aman seperti emas dan obligasi.

Baca Juga: Meski Dana Kelolaan Turun, Reksadana Pendapatan Tetap Diramal Makin Diminati

Meski begitu, dia melihat prospek kinerja reksadana di semester II-2024 akan bergerak positif, terutama karena adanya sentimen penurunan suku bunga fed fund rate. Pasalnya menurut hanif, jika pemangkasan suku bunga the Fed dilakukan, maka akan memberikan dorongan terhadap kinerja reksadana ke depan.

"Saya rasa kalau suku bunga turun, maka kinerja semua produk reksadana bisa kembali menguat atau bergerak positif," kata Hanif kepada Kontan.co.id, Rabu (10/7).

Dia memperkirakan bahwa ke depannya, reksadana saham akan menjadi unggulan atau banyak diminati karena potensi kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai akhir tahun masih di kisaran level 7.800.

Hanif menyebutkan, di STAR AM sendiri, reksadana yang mengalami penurunan paling tajam adalah reksadana proteksi, di mana anjlok hampir 18% atau sekitar Rp 1,2 triliun secara year to date (YTD). Sedangkan produk reksadana pendapatan tetap milik STAR AM naik 20% menjadi Rp 1,5 triliun secara YTD.

Baca Juga: IHSG Bergerak Fluktuatif ke 7.249,68 di Awal Perdagangan Selasa (9/7)

Sementara itu, menurut Hanif, turunnya kinerja reksadana tidak dipengaruhi oleh aset kripto. Pasalnya, risiko dalam berinvestasi di aset kripto lebih tinggi dibandingkan dengan produk investasi reksadana. 

Dia melihat bahwa saat ini investor lebih banyak yang beralih ke investasi obligasi pemerintah. Hal ini terlihat dari kepemilikan retail yang terus meningkat selama dua tahun terakhir.

Lebih lanjut, Hanif menyebutkan bahwa STAR AM menargetkan untuk menambah total dana kelolaan (AUM) sebesar Rp 7 triliun pada 2024. Dengan begitu, diperkirakan, total dana kelolaan STAR akan meningkat dari Rp 16 triliun menjadi Rp 23 triliun. 

Hanif mengatakan, strategi utama untuk mencapai target ini meliputi optimasi pemasaran digital, peningkatan penjualan langsung ke institusi dan perusahaan, intensifikasi kerja sama dengan agen penjual reksadana, serta peluncuran produk reksadana online.

"Kami optimis dapat mencapai target pertumbuhan AUM kami, berkat strategi pemasaran yang komprehensif dan berfokus pada kebutuhan investor kami,” kata Hanif.

Asal tau saja, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NAB reksadana terus mengalami penurunan sejak tahun 2021. Pada 2022, NAB turun 12,40% menjadi Rp 508,18 triliun dan di 2023 turun 0,63% menjadi Rp 504,94 triliun. Tahun ini, hingga Mei 2024, penurunan sudah mencapai 3,72% menjadi menjadi Rp 485,77 triliun.

Baca Juga: Strategi HPAM Menghasilkan Dua Produk Reksadana Saham Syariah Dengan Return Tertinggi

Begitu juga dengan dana kelolaan atau asset under management (AUM). Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), pada tahun 2021 menyebut total AUM industri sebesar Rp 826,70 triliun. 

Pada tahun 2022, nilai AUM turun 3,56% secara tahunan (YoY) menjadi 797,31 triliun, dan pada tahun 2023 kembali terkoreksi 0,44% YoY menjadi Rp 793,78 triliun. Sepanjang tahun berjalan ini KSEI mencatat penurunan AUM sebesar 0,64% menjadi Rp 788,69 triliun hingga Mei 2024.

Di sisi lain,di tengah penurunan NAB dan AUM, KSEI mencatat jumlah investor reksadana justru bertumbuh secara konsisten. Jumlah investor per Mei 2024 sebanyak 12,17 juta dari posisi 2021 yang hanya 6,84 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×