kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja PTBA, ANTM dan TINS diprediksi kurang moncer, simak penjelasan analis


Kamis, 25 Juni 2020 / 19:43 WIB
Kinerja PTBA, ANTM dan TINS diprediksi kurang moncer, simak penjelasan analis
ILUSTRASI. Suasana penambangan batubara menggunakan bucket wheel escavator di lokasi penambangan batubara PT. Bukit Asam (PTBA) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan (20/5). PTBA menargetkan pembangunan dermaga di Tarahan rampung pada 2012. Dermaga yang memilki pengisia


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sepanjang tiga bulan pertama 2020, kinerja emiten pertambangan yang tergabung dalam holding MIND ID kurang memuaskan. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengalami penurunan laba dan PT Timah Tbk (TINS) malah mengalami kerugian.

Sementara tahun lalu, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengalami penurunan laba bersih tahun berjalan.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu memperkirakan, trend penurunan kinerja ini akan berlanjut. “Menurut saya semua emiten pertambangan tahun ini akan mencatatkan pelemahan net profit secara year-on-year (yoy) dibandingkan tahun 2019, baik dari sisi volume yang turun serta harga komoditas yang melemah,” ujar Dessy kepada Kontan.co.id, Kamis (25/6).

ANTM dan TINS telah memberi sinyal merevisi target kinerja tahun ini.

Sekretaris Perusahaan PT Timah,Abdullah Umar Baswedan, mengatakan TINS saat ini membuka opsi untuk merevisi Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun ini.

Baca Juga: UU Minerba yang baru mewajibkan perusahaan tambang setor dana ketahanan cadangan

“Terkait dengan kondisi bisnis karena pandemi Covid-19, akan ada revisi RKAP dengan target produksi yang optimal untuk peningkatan kinerja dan fundamental,” terang Umar kepada Kontan.co.id, Senin (22/6).

Direktur Keuangan Aneka Tambang, Anton Herdianto, mengatakan saat ini ANTM sedang mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), sesuai dengan mandate pemegang saham dan induk (holding) pertambangan MIND ID.

“Dari sisi jumlah akan berubah dari sebelumnya, namun karena kami belum dapat restu maka kami belum bisa mengungkapkan untuk saat ini,” ujar Anton dalam rapat umu pemegang saham yang digelar Kamis (11/6).

Menurut Dessy, PTBA menjadi emiten yang masih memungkinkan untuk mencatatkan pelemahan yang lebih rendah dibanding yang lain. Hal tersebut didukung dari faktor mayoritas penjualan batubara PTBA yang dilempar ke pasar domestik, yakni ke Perusahaan Listrik Negara (PLN) sehingga cukup aman dibandingkan TINS dan ANTM yang bergantung pada pasar ekspor.

Baca Juga: Harga Saham PTBA Rebound, Net Buy Terbesar Difasilitasi Credit Suisse

PTBA menjadi satu-satunya emiten yang urung merevisi target kinerja tahun ini. pertimbangan ini diambil seiring dengan optimisme PTBA akan meredanya wabah Corona (Covid-19).

Dalam rapat umum pemegang saham (RUPS), Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arviyan Arifin masih optimis kondisi pandemi ini akan bisa diatasi pada Juli mendatang.

Beberapa wilayah juga telah melakukan pelonggaran PSBB dan sudah banyak Negara yang melakukan kenormalan baru (new normal). Kegiatan operasional PTBA pun masih berjalan normal dengan mengikuti protokol kesehatan yang telah ditentukan.

“Di semester kedua ini kami bisa melakukan kegiatan produksi dan penjualan untuk menambal kekurangan di dua bulan belakangan akibat pandemi,” ujar Arviyan saat RUPS yang digelar Rabu (10/6).

Per Maret 2020, emiten pelat merah ini membukukan pendapatan senilai Rp 5,12 triliun, turun 4,01% secara year-on-year. Dari sisi bottomline, PTBA mengantongi laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 903,24 miliar.

Baca Juga: Jelang sore, harga emas spot makin menguat ke level US$ 1.766 per ons troi

Jumlah ini menyusut 20,5% bila dibandingkan dengan realisasi laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,13 triliun. Turunnya laba bersih ini tidak lepas dari penurunan harga jual rata-rata batubara.

“Kami memproyeksikan kelanjutan pelemahan permintaan dan harga batubara pada kuartal II-2020,” sambung Dessy.

Samuel Sekuritas Indonesia memproyeksikan volume produksi Bukit asam untuk tahun ini akan menurun, dari 29,1 juta ton pada tahun 2019 menjadi hanya 24,2 juta ton. Sementara itu, volume produksi PTBA diprediksi akan sedikit meningkat menjadi 24,4 juta ton pada 2021.

Baca Juga: Perbaiki kinerja, PT Timah (TINS) akan fokus efisiensi

Dessy memperkirakan harga rata-rata batubara akan berada pada level US$ 55 per ton pada akhir 2020 dari posisi sekarang yakni US$ 54 per ton. Dengan demikian, maka blended average selling price (ASP) atau harga jual rata-rata PTBA diperkirakan turun 3,9% secara tahunan dari Rp 769 ribu per ton menjadi Rp 739 ribu per ton pada akhir 2020.

Dessy menurunkan rekomendasi saham PTBA dari sebelumnya buy (beli) menjadi jual (sell) dengan target harga Rp 1.870 per saham. Rekomendasi ini diambil dengan menimbang estimasi penurunan pertumbuhan (earning per share/EPS) pada 2020 dan 2021 masing-masing di kisaran -35,0% dan -33,8% dengan tekanan pelemahan harga batubara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×