Reporter: Nadya Zahira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) memperlihatkan kinerja yang positif pada kuartal I-2024. Margin distribusi gas di kuartal I-2024 yang melonjak 44% secara year on year (YoY) menjadi US$ 2,25/mmbtu, sehingga mendorong pendapatan naik 41% YoY.
Analis JP Morgan Sekuritas Indonesia Arnanto Januri menyebutkan, margin distribusi PGAS naik, disebabkan oleh keterbatasan pasokan gas yang terjadi saat ini, dan turun 12% YoY, sehingga menyebabkan kuota volume lebih rendah untuk pelanggan. PGAS juga mengenakan biaya tambahan (2x ASP normal) untuk kuantitas gas melebihi kuota yang dialokasikan.
“Selain itu, biaya gas yang lebih rendah dari kontrak Blok Corridor yang baru menjadi sebesar US$ 5,4/mmbtu dari yang sebelumnya US$ 5,9/mmbtu,” kata Arnanto dalam risetnya 30 April 2024.
Baca Juga: Kinerja Indeks IDX Value30 Menghijau, Saham-Saham Ini Bisa Dilirik
Dengan begitu, Arnanto meningkatkan target pendapatan PGAS untuk sepanjang tahun 2024 dan 2024 (FY24-25E) sebesar 20%-30% guna memperhitungkan estimasi marjin distribusi yang lebih tinggi.
“Kami percaya bahwa margin distribusi gas di kuartal I-2024 kemungkinan besar akan mencapai puncaknya di tahun ini, karena kami memperkirakan PGAS akan mulai menggunakan campuran LNG untuk mengkompensasi pasokan gas yang lebih rendah di akhir 2Q24,” kata dia.
Meski begitu, Arnanto melihat adanya kendala pasokan gas dalam jangka panjang, dan pada akhirnya membutuhkan campuran LNG dengan jumlah yang tinggi dan lebih mahal untuk mempertahankan volume, sehingga menyebabkan margin akan lebih rendah ke depannya.
Selain itu, dia menyebutkan bahwa volume distribusi gas di kuartal I-2024 turun 12% YoY. Hal ini disebabkan oleh pasokan gas yang lebih rendah karena kontrak baru dengan Corridor Block, dan menetapkan volume yang lebih rendah sebesar 20% dibandingkan kontrak sebelumnya.
“Akan tetapi terkait harga saham kami percaya bahwa saat ini cukup wajar, dan peringkat ulang lebih lanjut akan membutuhkan margin pengiriman yang dapat dipertahankan pada US$ 2/mmbtu,” imbuhnya.
Arnanto pun merekomendasikan netral untuk saham PGAS dengan target harga sebesar Rp 1.370 per saham.
Sementara itu, Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer justru menilai, penerapan kuota volume dan biaya tambahan untuk kelebihan kuota memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan perseroan. Untuk itu, dia memprediksi bahwa kinerja PGAS masih akan tumbuh positif di tahun ini.
“Sedangkan adanya kontrak Blok Corridor baru dengan harga gas yang lebih rendah akan akan mengurangi beban biaya produksi PGAS, sehingga meningkatkan margin keuntungan,” kata Miftahul kepada Kontan.co.id, Selasa (21/5).
Menurutnya, sentimen terhadap saham PGAS saat ini cenderung positif, didukung oleh kinerja keuangan yang solid dan prospek pertumbuhan yang baik.
“Namun, investor juga perlu memperhatikan risiko penurunan kinerja, seperti fluktuasi harga gas global dan kebijakan pemerintah terkait harga gas domestik,” imbuhnya.
Baca Juga: IHSG Kembali Menguat, Investor Bisa Cermati Saham-Saham yang Mulai Rebound
Untuk itu, Miftahul melihat secara valuasi saham PGAS tergolong undervalued. Dia pun merekomendasikan trading buy atau hold dengan target harga Rp 1.695 per saham.
Kinerja PGAS Diprediksi Masih Positif di 2024
Sementara itu, Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan memprediksi, kinerja PGAS masih tumbuh positif di tahun 2024. Hal ini didorong oleh peningkatan volume penjualan dan transmisi gas, serta adanya pengembangan proyek strategi.
Selain itu, Felix mengatakan sentimen positif PGAS lainnya datang dari meningkatnya pengiriman gas di Pipa Cisem (Cirebon-Semarang) tahap 1 dan peningkatan aktivitas industri di kawasan industri. Hal itu sejalan dengan proyeksi operasional PGAS yang naik tahun ini.
Felix memaparkan, guidance operasional perseroan tahun ini meliputi penjualan gas yang mencapai 954 BBTUD dari estimasi 2023 sebesar 921 BBTUD. Kemudian, transmisi gas sebesar 1.516 MMSCFD dari estimasi 2023 sebesar 1.427 MMSCFD, hingga regasifikasi sebesar 192 BBTUD, naik dari estimasi 2023 sebesar 173 BBTUD.
"Peningkatan dari segmen tersebut terjadi seiring dengan adanya peningkatan pasokan dari Pertamina Hulu Energi (PHE) seperti dari Jambi Merang dan Jabung," ujarnya.
Lebih lanjut, Felix mengatakan bahwa di 2024, perseroan akan fokus pada sejumlah proyek prioritas seperti gasifikasi kilang minyak Pertamina, peningkatan jaringan gas (jargas), hingga revitalisasi hub LNG.
Untuk diketahui, proyek gasifikasi kilang minyak Pertamina dilakukan dengan pembangunan pipa gas dari Senipah ke kilang refinery unit 5 Balikpapan, Kalimantan Timur dengan panjang hingga 78 kilometer yang sudah mencapai 93% dan ditargetkan onstream di awal tahun 2024.
Adapun untuk revitalisasi hub LNG Arun di Aceh, hingga kuartal III 2023 perseroan telah mendapatkan persetujuan investasi untuk engineering, procurement, and construction (EPC). PGAS menargetkan revitalisasi tangki F-6004 yang berkapasitas desain 127 ribu meter kubik dapat selesai pada kuartal III 2025.
Kemudian, melalui PT Gagas Energi Indonesia (Gagas) bersama dengan PT KIS Biofuels Indonesia (KIS), PGAS melanjutkan pengembangan biomethane yang berasal dari limbah kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent atau POME) setelah penandatangan MoU pada Oktober 2022.
Disamping itu, Felix mengatakan bahwa evaluasi tarif harga gas bumi tertentu (HGBT) cenderung sulit untuk dilakukan. Hal ini seiring dengan penurunan marjin PGAS akibat kewajiban penyaluran gas dengan skema HGBT senilai US$ 6 per MMBTU untuk 7 sektor industri khusus seperti industri pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet.
Dengan faktor-faktor tersebut, Felix pun merekomendasikan hold untuk PGAS dengan target harga Rp 1.700 per saham.
Selanjutnya: Cetta Gandeng Perusahaan Asal Singapura untuk Memperkuat Sistem AI
Menarik Dibaca: Dukung Pariwisata Berkelanjutan, Menparekraf Akan Kembangkan Wisata Air Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News