Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang Oktober 2017, indeks kinerja obligasi pemerintah, yang tergambar dalam INDOBeX Government Total Return turun sebesar 1,32% ke level 231,24.
Kepala Divisi Operasional Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ifan Mohamad Ihsan mengatakan, penurunan kinerja obligasi pemerintah lebih diakibatkan sentimen global. Pertama, penantian pasar menunggu Ketua The Federal Reserve terpilih. Hal ini bisa berdampak pada penentuan kebijkan-kebijakan yang akan diambil.
Kedua, antisipasi pasar terhadap kebijakan reformasi di Amerika Serikat (AS). Ketiga, rapat European Central Bank (ECB) terkait quantitative easing yang menghasilkan keputusan memangkas separuh stimulus menjadi € 30 miliar per bulan. Keempat, kemungkinan Bank of England (BOE) untuk menaikkan suku bunga acuannya.
"Sentimen-sentimen tersebut membuat investor memilih untuk sementara keluar dari aset-aset berisiko sambil menunggu hasil kebijakan-kebijakan tersebut," kata Ifan, Senin (6/11).
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail menegaskan, obligasi pemerintah sempat turun kinerjanya karena memang asing banyak keluar dari pasar obligasi alias net sell sebulan terakhir. "Totalnya selama satu bulan mencapai Rp 10 triliun," katanya, Senin (6/11).
Asing yang hengkang dari pasar obligasi Indonesia membuat harga obligasi turun, sedangkan yield bergerak naik hingga menyentuh 6,8% untuk obligasi 10 tahun.
Menurut Ifan, prospek obligasi pemerintah masih sangat baik didukung data-data dalam negeri yang masih positif. Namun, harus dicermati bagaimana realisasi penyerapan pajak nantinya, karena hal tersebut bisa berimbas pada anggaran pemerintah.
Sementara dari global, lanjut Ifan, dengan terpilihnya Jerome Powell menjadi Ketua The Federal Reserve, sudah sesuai dengan ekspektasi pasar dan tinggal menunggu kebijakan serta pernyataan yang akan dibuat.
Menurut analis Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar, selama pemerintah masih bisa menjaga inflasi tetap rendah dan rupiah stabil, maka imbal hasil obligasi akan memberikan keuntungan bagi investor.
"Saat ini perbankan sudah mulai menurunkan suku bunga depositi akibat pihak ketiga yang meminjam dari bank pertumbuhannya tidak besar, maka ini akan menguntungkan pasar obligasi dalam enam bulan ke depan, " kata Anil.
Untuk akhir tahun, Ahmad memproyeksikan obligasi bisa berkinerja positif yang berarti yield bisa stabil di kisaran 6,8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News