Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Kinerja PT Waskita Karya Tbk (WSKT) sepanjang semester I 2017 melesat. Pencapaian pendapatan dan laba perusahaan konstruksi pelat merah meningkat signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu.
WSKT mengantongi pendapatan sebesar Rp 15,55 triliun pada semester pertama 2017, naik 92,33% dari periode yang sama tahun lalu Rp 8,08 triliun. Laba bersih WSKT melonjak 118,5% menjadi Rp 1,28 triliun.
Akhmad Nurcahyadi, analis Samuel Sekuritas Indonesia mengatakan, dengan capaian ini, beban WSKT tidak terlalu berat di semester kedua. Jika mengacu proyeksi pendapatan Rp 36,147 triliun dan laba sebesar Rp 1,94 triliun yang diperkirakannya, kini WSKT hanya tinggal mengejar 56,09% pendapatan dan 30,1% laba. “Ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian semester kedua 2016 sebesar 66% dan 67,9% untuk laba,” tulisnya dalam risetnya.
Franky Rivan analis Mirae Asset Sekuritas melihat, arus kas WSKT masih negatif. Arus kas semester I 2017 yang diperoleh dari pelanggan meningkat signifikan sekitar 224% dan arus kas ke pemasok menurun 36% dibanding tahun tahun lalu. Tapi, arus kas operasional WSKT masih tetap besar. “Kalau masih merah artinya pemerintah bayarnya lambat jadi susah pengakuan pendapatannya,” paparnya kepada Kontan, Kamis (27/7).
Franky bilang, hal ini terjadi karena pekerjaan yang dikerjakan WSKT kebanyakan datang dari pemerintah. Menurutnya kalau proses pencairan dananya bisa lebih besar dan arus kas yang masuk menjadi lebih kencang pendapatan perusahaan akan meningkat pesat.
Kenaikan pendapatan WSKT ini tidak diikuti oleh pencapaian kontrak. Sepanjang semester I WSKT mendapatkan kontrak baru senilai Rp 32,5 triliun atau menurun 23,7% dibanding pencapaian tahun lalu. Kebanyakan kontrak yang masuk berasal dari proyek jalan tol.
Namun Franky masih optimistis WSKT bisa mengantongi kontrak baru paling besar di tahun ini. Menurutnya WSKT bisa menembus target kontraknya yaitu Rp 60 triliun. Apalagi pemerintah biasanya akan lebih banyak menandatangani kontrak di kuartal-kuartal akhir.
Keyakinan serupa juga disampaikan Fahressi Fahalmesta, analis Kresna Sekuritas. Fahresi malah menyakini, WSKT bisa mengantongi kontrak hingga Rp 70 triliun. Kontak baru akan disokong dua proyek jalan tol yang akan digarap yaitu ruas tol Terbanggi Besar – Kayu Agung dan ruas tol Jakarta – Cikampek yang nilainya mencapai Rp 18,74 triliun.
Fahresi mengatakan, yang harus menjadi perhatian adalah kontrak yang sudah dikantongi. Dibandingkan perusahaan konstruksi pelat merah lainnya, WSKT memiliki tingkat order book yang paling tinggi. Kalau kontrak ini tidak segera dirampungkan bisa jadi akan membebani perusahaan di kemudian hari. “Jangan sampai order booknya banyak yang mangkrak,” timpalnya.
Melongok kinerja WSKT di semester satu, Fahressi menyakini WSKT akan mampu melanjutkan kinerja cemerlang di semester dua. Dengan capaian yang cukup tinggi selama enam bulan pertama, kemungkinan di paruh kedua kinerja perusahaan bisa sesuai target.
Fahressi pun melihat rencana divestasi saham PT Waskita Toll Road yang akan dilakukan pada semester II juga akan berpeluang positif. Jika berhasil, WSKT akan mendapatkan tambahan modal untuk menyelesaikan proyeknya. Namun kalau gagal, utang perusahaan akan membengkak. “Ini akan bermasalah karena proyek WSKT banyak yang harus dibiayai lebih dulu,” timpalnya.
Fahressi merekomendasikan buy saham WSKT di harga Rp 3.400. Franky merekomendasikan buy pada harga Rp 3.300. Akhmad merekomendasikan buy WSKT dengan harga Rp 3.250.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News