Reporter: Benedictus Bina Naratama | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) berharap mampu menjual lahan-lahan industri miliknya kepada investor Jepang pada semester kedua 2015 ini. Sebab di semester tersebut diproyeksikan terjadi ekspansi dari perusahaan Jepang yang memulai awal tahun keuangannya di bulan April.
Dengan begitu peluang penjualan lahan industri di semester II-2015 akan mulai tumbuh, meskipun tak sebanyak tahun sebelumnya. Analis Bahana Securities, Adrian Mahendra Putra menuturkan, banyak perusahaan yang menggunakan laporan keuangan kalender Jepang sedang menentukan capital expenditure atau capex untuk tahun 2015.
Dengan begitu maka, banyak yang optimis kenaikan permintaan lahan dari para investor Jepang tersebut baru akan terlihat pada semester dua tahun ini. “Perusahaan Jepang baru akan menyusun budget untuk satu tahun mendatang pada kuartal II-2015. Jadi transaksi beli lahan baru terjadi di sekitar bulan Agustus dan Sepetember,” ujar Adrian.
Tahun ini BEST menargetkan penjualan lahan industri seluas 35 hektare hingga 40 hektare. Meskipun ada peluang pertumbuhan permintaan lahan, Adrian mengungkapkan ada juga kemungkinan para investor Jepang menunda investasi atau ekspansi di lahan industri. Hal itu sebagai dampak dari pelemahan ekonomi di Indonesia dan melemahnya nilai tukar mata uang Yen.
Sepanjang kuartal I-2015, BEST berhasil mencatatkan penjualan lahan industri seluas delapan hektare di Cibitung dengan total perolehan mencapai US$ 16 juta. Perolehan ini melonjak tajam dari periode sama tahun 2014 yang hanya mencapai 3,5 hektare. Dengan rata-rata penjualan lahan sebesar US$ 200 per meter, nilai penjualan lahan delapan hektar tersebut mencapai Rp 206,4 miliar dengan asumsi kurs Rp 12.900 / US$.
BEST juga membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 12% YoY atau mencapai Rp 178,3 miliar dari Rp 158,7 miliar di kuartal I-2014. Menurut analis Ciptadana Securities, Maula Adini Putri pertumbuhan penjualan perusahaan disebabkan oleh kenaikan harga jual rata-rata lahan di area industri. Meskipun penjualan bertumbuh, tidak demikian dengan laba bersih yang turun sebanyak 16%YoY menjadi Rp 75,5 miliar.
“Penurunan laba bersih perusahaan ini karena adanya kerugian yang terjadi di forex sebesar Rp 17,5 miliar,” terang Adini di dalam riset 6 Mei 2015.
Bila mengesampingkan kerugian di forex tersebut, BEST sebenarnya mendapatkan kenaikan laba bersih tipis sebesar 3% YoY, sehingga untuk tahun 2015 ini, perusahaan diprediksi mampu memperoleh pertumbuhan laba bersih sebanyak 21% atau mencapai Rp 436 miliar.
Adini pun masih menilai BEST memiliki porspek bisnis yang bagus. Pada tahun 2015 ini, ia memproyeksikan perusahaan mampu memperoleh penjualan lahan industri seluas 37 hektar dengan kenaikan sekitar 22% YoY dibandingkan tahun lalu.
Menurutnya, perseroan akan mampu memenuhi target penjualan lahan tahun 2015 seiring dengan semakin meningkatnya permintaan penjualan lahan di kuartal-kuartal berikutnya, khususnya mulai dari semester dua. Saat ini, BEST memiliki kapasitas landbank seluas 915 hektare.
Selain mengandalkan penjualan lahan, BEST kini juga mengandalkan pemasukan dari penyewaan infrastruktur gedung, seperti untuk perhotelan, gudang, dan perkantoran di kawasan industri.
Adini menyebutkan setidaknya BEST telah bekerjasama dengan Daiwa, investor Jepang, untuk membangun pergudangan yang nantinya akan disewakan. Pembangunan fase pertama dilakukan di atas lahan seluas 9,5 hektare dan ditargetkan akan selesai pada kuartal IV-2015. Dengan rata-rata harga sewa lahan US$ 7-7,5 per meter persegi, diperkirakan perusahaan akan mendapatkan pemasukan di kisaran US$ 5 – 5,4 juta per tahun dengan asumsi okupasi yang mencapai 100%.
“Pendapatan dari penyewaan gudang ini akan menaikan laba bersih BEST hingga 25% dalam waktu tiga tahun ke depan,” jelasnya.
Pada tahun 2015 ini juga, BEST akan membangun hotel yang terdiri dari 200 kamar dan gedung perkatnoran dengan luas total 6.000 meter persegi di atas lahan milik perusahaan di kawasan industri.
Menurut Adrian ekspansi bisnis dari BEST dengan menjamah sektor perhotelan, pergudangan, dan perkantoran akan memberikan pendapatan yang stabil bagi keuangan perusahaan. Penjualan lahan industri sangat bergantung oleh pasar, kemampuan investor, dan kecukupan lahan kosong.
“Pendapatan akan ada terus dan cenderung lebih stabil. Jadinya pendapatan perusahaan tidak hanya datang dari penjualan lahan industri saja,” tegas Andrian.
Andrian merekomendasikan untuk buy di target harga Rp 890. Adini juga merekomendasikan buy di target harga Rp 650. Seteven Gunawan analis Batavia Prosperindo Sekuritas turut merekomendasikan buy di Rp 750. Pada penutupan kemarin (3/6), saham BEST mengalami penurunan 2,06% di Rp 475.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News