Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
Demikian pula dengan pendapatan dari segmen bisnis makanan (food) MAIN yang tumbuh 23% (yoy) secara akumulatif menjadi Rp 190 miliar di tahun 2020. Sedangkan di kuartal IV-2020, pendapatan dari segmen tersebut naik 12% (yoy) menjadi Rp 46 miliar.
Lau Joo Hwa mengatakan, pada dasarnya permintaan konsumen terhadap daging ayam sudah mulai membaik semenjak akhir tahun lalu. Hal ini didukung pula oleh pemasaran produk daging melalui internet dan media sosial.
“Di tengah pandemi dan tekanan ekonomi, masyarakat juga lebih cenderung mengkonsumsi daging berprotein tinggi dengan harga lebih murah,” imbuh dia dalam acara Mailindo Earnings Call secara virtual, Senin (12/4).
Berdasarkan data dari presentasi MAIN, ayam pedaging memiliki kandungan protein sebesar 18,5% dan dihargai rata-rata sebanyak Rp 35.000 per kilogram. Angka ini jelas lebih murah ketimbang daging sapi yang harga rata-ratanya mencapai Rp 190.000 per kilogram dengan kandungan protein 20%.
Ada pula susu segar yang memiliki harga rata-rata sebesar Rp 25.000 per kilogram, namun kandungan proteinnya hanya 3%. Praktis, hanya telur saja yang memiliki harga rata-rata lebih murah ketimbang ayam broiler yakni Rp 23.500 per kilogram. Itu pun kandungan proteinnya hanya sampai 12,5%.
Terlepas dari tantangan bisnis yang ada, MAIN masih mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemain utama di industri pakan ternak. Hingga tahun 2019, pangsa pasar MAIN berada di level 8% atau peringkat ketiga setelah PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) sebesar 35% dan PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA) sebesar 25%.
Selanjutnya: Kemendag yakin pasokan dan harga bahan pangan stabil saat bulan puasa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News