kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja indeks saham sektor tambang rontok tahun lalu, ini biang penyebabnya


Rabu, 01 Januari 2020 / 12:24 WIB
Kinerja indeks saham sektor tambang rontok tahun lalu, ini biang penyebabnya
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat batubara di Pelabuhan PT Karya Citra Nusantara (KCN), Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). Tahun 2019 sepertinya bukan menjadi tahun keberuntungan bagi indeks saham sektor pertambangan.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2019 sepertinya bukan menjadi tahun keberuntungan bagi indeks saham sektor pertambangan. Tahun lalu, indeks sektoral ini terkoreksi 12,83% dan menjadi salah satu penjegal pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Indeks saham sektoral lain yang jeblok di tahun lalu adalah indeks saham sektor barang konsumsi (-20,11%) dan aneka industri (-12,23%).

Analis Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia Suryanata menilai, anjloknya kinerja indeks saham sektor pertambangan tidak bisa lepas dari anjloknya harga batubara sepanjang 2019. Hal ini diakibatkan oleh berlebihnya pasokan batubara di pasar global.

Baca Juga: Jeblok tahun lalu, saham sektor barang konsumsi diprediksi rebound tahun ini

Selain itu, Liza menilai, komoditas pertambangan, baik batubara maupun logam masih bergantung pada perkembangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Senada, Analis Artha Sekuritas Nugroho Rahmat Fitriyanto menyebut, pergerakan indeks saham sektor pertambangan diperberat oleh emiten-emiten batubara karena memang harga batubara yang turun signifikan pada 2019.

“Sehingga harga jual dan margin ikut tertekan,” ujar Nugroho kepada Kontan.co.id.

Melansir RTI Business, beberapa emiten batubara mencatatkan pergerakan harga yang negatif tahun lalu. Sebut saja saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) harganya anjlok 38,14% di tahun 2019 lalu.

Baca Juga: Besok, Bank Amar mulai tawarkan saham IPO Rp 174 per saham

Lalu, harga saham PT Indika Energy Tbk (INDY) merosot 24,61%. Saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) malah lebih parah. Harga saham ITMG longsor 43,33% di sepanjang 2019.

Secara kinerja, emiten-emiten batubara juga dibilang kurang baik hingga periode kuartal-III 2019. Contohnya, PTBA yang harus merelakan laba bersihnya anjlok 21,08% menjadi Rp 3,10 triliun. Pun begitu dengan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) laba bersihnya merosot 63% menjadi US$ 76 juta.

Sementara INDY justru mengalami kerugian bersih US$ 8,60 juta pada kuartal III-2019. Padahal pada periode sebelumnya, INDY mampu meraup laba bersih hingga US$ 112,2 juta.

Baca Juga: Ditawarkan mulai besok, harga IPO Ashmore Asset Management Rp 1.900 per saham

Nugroho menilai saham emiten tambang logam justru menjadi juru selamat bagi indeks sektor pertambangan. Misalkan saja harga saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang naik 11,66% di 2019 lalu. Harga saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) bahkan melesat 52,86% pada tahun lalu.

Pun begitu dengan harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Saham emiten pelat merah ini menguat 9,80% di 2019.

“Saham emiten metal mining seperti emiten-emiten yang memproduksi emas dan nikel justru mayoritas lebih positif didukung oleh kenaikan harga komoditas-komoditas tersebut,” lanjut Nugroho.

Baca Juga: Mayora (MYOR) beli mesin baru, simak rekomendasi sahamnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×