Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
Secara kinerja, emiten-emiten batubara juga dibilang kurang baik hingga periode kuartal-III 2019. Contohnya, PTBA yang harus merelakan laba bersihnya anjlok 21,08% menjadi Rp 3,10 triliun. Pun begitu dengan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) laba bersihnya merosot 63% menjadi US$ 76 juta.
Sementara INDY justru mengalami kerugian bersih US$ 8,60 juta pada kuartal III-2019. Padahal pada periode sebelumnya, INDY mampu meraup laba bersih hingga US$ 112,2 juta.
Baca Juga: Ditawarkan mulai besok, harga IPO Ashmore Asset Management Rp 1.900 per saham
Nugroho menilai saham emiten tambang logam justru menjadi juru selamat bagi indeks sektor pertambangan. Misalkan saja harga saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang naik 11,66% di 2019 lalu. Harga saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) bahkan melesat 52,86% pada tahun lalu.
Pun begitu dengan harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Saham emiten pelat merah ini menguat 9,80% di 2019.
“Saham emiten metal mining seperti emiten-emiten yang memproduksi emas dan nikel justru mayoritas lebih positif didukung oleh kenaikan harga komoditas-komoditas tersebut,” lanjut Nugroho.
Baca Juga: Mayora (MYOR) beli mesin baru, simak rekomendasi sahamnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News