kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Garuda (GIAA) & AirAsia (CMPP) ciamik di kuartal III, ini rekomendasi analis


Jumat, 01 November 2019 / 19:09 WIB
Kinerja Garuda (GIAA) & AirAsia (CMPP) ciamik di kuartal III, ini rekomendasi analis


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten maskapai penerbangan terus memoles kinerja di penghujung tahun ini. Sampai Kuartal III 2019, kinerja keuangan penerbangan terus membaik. 

Misalnya saja PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang berhasil membukukan laba bersih senilai US$ 122,42 juta di kuartal III 2019 sementara pada periode sama tahun lalu, Garuda masih merugi US$ 114,08 juta.

Baca Juga: Tren pemangkasan suku bunga, sukses bawa rupiah menguat sepekan

Kinerja ciamik GIAA didukung oleh kenaikan pendapatan mencapai US$ 3,54 miliar atau tumbuh 9,9% ketimbang periode sama tahun lalu hanya mencatatkan pendapatan US$ 3,21 miliar.

Kontribusi pendapatan terbesar berasal dari penerbangan berjadwal US$ 2,79 miliar, disusul penerbangan tidak berjadwal US$ 249,9 juta, dan pendapatan lain-lainnya US$ 494,89 juta. 

Selain Garuda, PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) pun berhasil mengantongi laba bersih pada kuartal III 2019 ini. CMPP memperoleh laba periode berjalan yang dapat diatribusikan pada entitas induk sebesar Rp 422,05 juta, padahal pada periode yang sama tahun lalu CMPP merugi Rp 639,16 miliar.

Perolehan laba bersih ini ditopang pendapatan CMPP yang mencapai Rp 4,82 triliun atau melejit 66,20% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 2,90 triliun.

Baca Juga: Kemenhub: Pengoperasian B737 MAX-8 masih menunggu hasil sertifikasi

Adapun pendapatan segmen usaha wilayah Jakarta menyumbang Rp 2,03 triliun, kemudian Denpasar Rp 1,47 triliun, Surabaya Rp 750,69 miliar, Medan Rp 371,35 miliar, dan Lombok Rp 186,60 miliar.

Analis Bina Artha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji menyampaikan apabila kondisi industri penerbangan tahun ini memang jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. "Dari segi permintaan memang mengalami tren positif, ini yang memengaruhi meningkatnya pendapatan mereka," katanya, Jumat (1/11).

Kemudian, harga avtur yang lebih stabil juga membantu beban industri penerbangan. Pada kuartal III 2019 Garuda mencatatkan penurunan beban usaha sebesar 1,9% dari US$ 3,35 miliar menjadi US$ 3,28 miliar.

Baca Juga: Cuma gara-gara dari Indonesia, Arsenal batal rekrut Bagus Kahfi

Ini terutama disumbang penurunan beban operasional penerbangan sebesar 4,4% menjadi US$ 1,93 miliar berkat penurunan biaya bahan bakar dari US$ 1,02 miliar menjadi US$ 908 juta.

"Harga tiket juga tentunya memberikan efek positif bagi kinerja perseroan selama permintaan jasa penerbangan juga mengalami tren yang positif," tambahnya.

Secara fundamental, Nafan bilang kinerja industri penerbangan sendiri sudah sesuai dengan prediksi. Dengan meningkatnya pendapatan dan laba membuktikan bahwa manajemen berhasil mengimplementasikan kebijakan yang bisa mendongkrak kinerja perseroan.

Baca Juga: Aksi profit taking bikin rupiah melemah di tengah banyak sentimen positif

Adapun peluang yang bisa memacu kinerja industri penerbangan di penghujung tahun ini ialah Libur Natal dan tahun baru. Ia memproyeksi kinerja industri penerbangan bisa meningkat lebih dari 50% saat momen Natal dan tahun baru.

Sementara, ia menambahkan tantangan bagi GIAA dan CMPP yaitu pengelolaan rute-rute baru, yang mana mereka harus memperhatikan perkembangan tingkat okupansi dari rute baru tersebut. 

Nafan merekomendasikan buy untuk saham GIAA dengan target harga jangka panjang di level 765. Sementara ia merekomendasikan hold untuk saham CMPP dengan estimasi target harga di level 154.

Baca Juga: Garuda Indonesia kantongi laba Rp 1,71 triliun di kuartal III-2019

Analis Artha Sekuritas, Nugroho Rahmat Fitriyanto melihat prospek saham penerbangan masih cukup menarik semenjak kenaikan harga tiket dari akhir tahun 2018.

"Memang dari jumlah penumpang ada penurunan dibandingkan dengan tahun lalu, tapi emang itu prinsip pasar, kalau harga naik demand cenderung turun, tapi penurunan penumpang ini masih bisa dioffset sama kenaikan harga tiket," paparnya.

Meski saat ini kinerja industri penerbangan mulai membaik, ia mengungkapkan ada beberapa risiko yang dihadapi perseroan seperti intervensi pemerintah dan volatilitas harga minyak, dan juga volatilitas kurs.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×