kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja EXCL, GJTL dan PSKT tergerus pelemahan rupiah


Senin, 06 Agustus 2018 / 18:43 WIB
Kinerja EXCL, GJTL dan PSKT tergerus pelemahan rupiah
ILUSTRASI. Uang Dollar di Tempat Penukaran Uang


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Agung Jatmiko

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan rupiah terus terjadi dalam beberapa hari terakhir dan bahkan sudah menyentuh angka Rp 14.000. Hal ini berdampak pada beberapa emiten seperti EXCL, GJTL dan PSKT.

EXCL misalnya, dalam laporan keuangan yang dirilis tercatat pendapatan usaha pada Juni 2017 sebesar Rp 10 triliun. Capaian ini meningkat pada Juni 2018 yang mencapai Rp 11 triliun. Meskipun pendapatan meningkat, pelemahan rupiah terhadap dollar AS pun membuat emiten ini merugi Rp 553 juta.

Sedangkan beberapa emiten lain seperti GJTL, pendapatan usaha pada Juni 2017 tercatat Rp 7,2 triliun. Capaian ini menurun pada Juni 2018 yang mencapai Rp 7,1 triliun. Karena efek pelemahan rupiah, emiten ini merugi Rp 358 miliar.

Pun demikian dengan PSKT yang juga terdampak pelemahan rupiah. Sepanjang semester I/2018 perusahaan memang mampu meraup pendapatan usaha sebesar Rp 34,8 triliun, naik 10,47% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 31,5 triliun. Namun, adanya terus melemahnya rupiah terhadap dollar AS membuat PSKT mencatatkan rugi bersih Rp 1,1 miliar.

William Hartanto melihat bahwa dampak pelemahan rupiah ke emiten tentu menekan. Terutama pada emiten yang berbasis impor karena meningkatkan beban biaya. Selain itu emiten barang konsumer dan ritel juga terkena imbasnya. “Karena harga barang naik maka daya beli akan melemah, lemahnya daya beli akan menekan pendapatan,” sebut William kepada KONTAN, Senin (6/8).

William menyebut, bahwa emiten barang konsumer yang paling terkena dampak karena beban peningkatan biaya produksi. “Belum lagi jika beberapa dari mereka membeli bahan secara impor maka mau tidak mau supaya tidak rugi mereka menaikkan harga jualnya,” ujarnya.

Lalu ketika produk tersebut sampai ke ritel, investor pun ikut menjual produk di harga yang lebih tinggi dan efek terakhir akan dirasakan oleh konsumen. Jika konsumen merupakan kelompok masyarakat menengah ke bawah maka daya belinya rendah.

Jika melihat EXCL, William melihat bahwa emiten ini memang cukup terpengaruh pelemahan rupiah. Tetapi peluang dari harga sahamnya masih lebih baik dibanding GJTL dan PSKT. William memperkirakan EXCL masih ada potensi naik menuju target harga Rp 3.000 per saham. “Bisa buy jangka panjang. Untuk membeli saham ini strateginya adalah buy on support 2725. EXCL masih dalam tren menguat, setidaknya sampai akhir bulan ini,” tandasnya.

Sedangkan untuk emiten GJTL, William melihat, secara teknikal berpotensi naik namun harus menembus resistance Rp 710 per saham. Sedangkan emiten PSKT masih akan stay di angka 50.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×