Reporter: Grace Olivia | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Erajaya Swasebada Tbk (ERAA) terus melaju kencang. Hingga akhir paruh pertama tahun lalu, emiten ritel peralatan telekomunikasi ini berhasil memanfaatkan momentum peluncuran sejumlah produk ponsel pintar (smartphone) baru sehingga penjualan terdongkrak. Kenaikan penjualan juga kian pesat seiring tingginya animo konsumen terhadap ponsel pintar dengan harga bersaing.
Hingga akhir Juni lalu, ERAA membukukan penjualan bersih sebesar Rp 17,09 triliun atau naik 54,6% secara tahunan (yoy). Penjualan telepon seluler dan tablet ERAA tercatat tumbuh 63,9% yoy, sementara penjualan aksesoris dan voucher fisik juga melonjak drastis hingga menyentuh masing-masing Rp 255,85 miliar dan Rp 110,56 miliar.
Lantas, laba bersih ERAA di sepanjang semester-I 2018 pun tumbuh pesat 212% yoy menjadi Rp 435,12 miliar dari sebelumnya hanya Rp 139,22 miliar. Laba per saham ERAA ikut terkerek dari Rp 48 per saham menjadi Rp 150 per saham.
Analis Danareksa Sekruitas Adeline Solaiman menjelaskan, ada beberapa faktor yang mendorong penjualan ERAA di kuartal kedua, antara lain penjualan yang terealisasi sepanjang musim Lebaran, peluncuran produk baru seperti Xiaomi Note 5 dan Xiaomi Red S2 serta Oppo S7, dan penyelenggaraan event Jakarta Fair sejak 23 Mei hingga 1 Juli lalu.
"Gross margin ERAA di paruh pertama juga melebihi ekspektasi kami yaitu 9,9%," ujar Adeline, Rabu (8/8).
Paulina, analis Sinarmas Sekuritas dalam risetnya 3 Agustus, menyebut, capaian kinerja ERAA di semester pertama tahun ini telah memberi acuan yang lebih tinggi untuk kinerja di semester selanjutnya. Namun, ia optimistis kinerja positif tersebut masih dapat terjaga seiring dengan kesuksesan penjualan smartphone unggulan ERAA, di antaranya Xiaomi.
Menurut Paulina, kapasitas pabrik perakitan ponsel yang dimiliki oleh PT Sat Nusapersada Tbk rencananya akan diperluas untuk mengatasi permintaan banjir pada ponsel Xiaomi. "Dengan begitu ini dapat mempersingkat hari perakitan Xiaomi yang saat ini 10 hari. sehingga emiten dapat memenuhi kebutuhan pasar dan mendorong penjualan lebih tinggi," papar dia.
Mengutip dari riset Statcounter, Paulina mencatat, pangsa pasar Xiaomi dan Oppo di Indonesia mengalami peningkatan sepanjang paruh pertama rtahun ini dari sebelumnya 11% menjadi 18,5%. Sementara, Samsung masih memimpin pangsa pasar namun cenderung menurun menjadi 27,3% dari sebelumnya 30,4%.
"Apalagi, kini Xiaomi juga secara resmi berkolaborasi dengan platform online shopping raksasa Lazada dan Shopee untuk mendistribusikan produknya. Kami mengamati, event flash-sale yang diadakan oleh e-commerce tersebut turut berkontribusi pada pesatnya pertumbuhan penjualan," kata Paulina.
Kendati demikian, Adeline juga mencermati potensi turunnya pertumbuhan margin ERAA seiring dengan penjualan Xiaomi yang kian marak. Ia sendiri memproyeksi pertumbuhan margin di akhir tahun nanti sekitar 9,5%, lebih rendah dari capaian di pertengahan tahun.
"Biar bagaimana pun harga ponsel Xiaomi kan masih jauh lebih rendah dari Samsung atau Apple sehingga growth margin berisiko turun," kata Adeline.
Selain itu, Adeline juga memproyeksi biaya operasi ERAA berpotensi terkerek seiring dengan rencananya menggenjot toko-toko baru hingga akhir tahun. Seperti yang diketahui, saat ini ERAA memiliki 787 toko ritel dan 84 pusat distributor. Di akhir tahun nanti, emiten telah menargetkan dapat membuka sekitar 250 toko baru. Sebagian besar merupakan toko dengan format multi-merek (multi-brand store) Erafone, serta beberapa di antaranya toko mono-brand seperti Samsung Experience Store, iBox, maupun Mi-Store.
Namun, Paulina cenderung meyakini pembukaan toko baru yang difokuskan pada kota-kota lapis kedua dan ketiga di Indonesia bakal menopang volume penjualan lebih tinggi lagi. "Pertumbuhan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) di dua tahun mendatang memang berpotensi turun 5% karena sudah mengalami kenaikan sejak tahun lalu. Tapi, pendapatan akan disokong oleh volume yang meningkat," ungkapnya.
Di penghujung tahun nanti, Paulina memproyeksi ERAA bakal mampu membukukan pendapatan hingga Rp 31,34 triliun. Sementara, laba bersih diprediksi dapat mencapai Rp 735 miliar atau tumbuh 116,5% dibanding tahun sebelumnya. Dengan begitu, laba per saham ERAA diperkirakan bisa mencapai Rp 234 per saham.
Untuk itu, Paulina memberi rekomendasi beli saham dengan target harga Rp 4.000 yang mencerminkan target PE 15,4 kali.
Setali tiga uang, Adeline juga merekomendasikan beli ERAA dengan target harga Rp 3.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News