Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Periode kuartal III-2021 rupanya bukan periode yang baik bagi para emiten poultry. Analis Samuel Sekuritas Farras Farhan dalam risetnya pada 10 Oktober menuliskan, tiga dari empat emiten poultry yang ada di coverage Samuel Sekuritas justru mencatatkan rugi bersih.
Tercatat, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) merugi Rp 35,5 miliar, lalu Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) juga merugi Rp 176 miliar. Berikutnya, PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) juga membukukan rugi bersih Rp 110 miliar. Hanya PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) yang mencetak laba bersih Rp 56 miliar.
“Penurunan kinerja pada kuartal III-2021 ini dikarenakan adanya efek pemberlakuan PPKM di bulan Juli yang menekan permintaan penjualan dari pasar basah serta hotel, restaurant, dan cafe yang berimbas pada penurunan harga broiler dan DOC pada bulan Juli 2021,” ujar Farras dalam risetnya.
Adapun, penurunan harga broiler berada dalam rentang Rp 14.000 - Rp 14.500 atau 20% secara bulanan sementara penurunan rentang harga DOC mencapai Rp 4.000 – Rp 4.250 atau 25% secara bulanan.
Farras juga menyebut katalis pendorong penurunan kinerja juga datang dari meningkatnya harga bahan baku untuk pakan ternak. Hal ini pada akhirnya membuat marjin dari emiten poultry mengalami tekanan.
Baca Juga: Anak usaha Malindo Feedmill (MAIN) tandatangani MoU ekspor dengan LULU Internatipnal
Namun, pemerintah telah mengeluarkan instruksi culling DOC FS HE selama 19 hari yang berlaku pada 18 November 2021 hingga 25 December 2021.
Culling adalah pemisahan atau pengafkiran ayam.
Instruksi culling ini merupakan instruksi ke-10 di tahun 2021 dengan peningkatan jumlah burung yang dipotong menjadi 149.9 juta burung.
Menurut Farras, instruksi ini menjadi salah satu katalis positif penggerak dan penstabilan harga broiler dan DOC sehingga membuat ekspektasi ASP meningkat di kuartal IV-2021. Ia melihat penyesuaian suplai ini dapat mendorong harga broiler menjadi Rp 18.500 – Rp 19.000 dan harga DOC menjadi Rp 6.000 – 6.300 di kuartal IV-2021.
Hal ini membuat adanya potensi kinerja dari segmen broiler dan DOC pada periode tersebut.
Selain itu, dia juga melihat akan adanya ekspektasi peningkatan konsumsi seiring aktivitas retail dan rekreasi di Indonesia telah meningkat 11% dari level pra-pandemi per 3 Desember. Kenaikan mobilisasi ini juga didukung oleh peningkatan dari indeks kepercayaan konsumen Indonesia pada bulan November yang mencapai 11.8.5 (vs 113.4 oktober 2021).
“Peningkatan ini diharapkan sesuai dengan pemulihan ekonomi yang dapat mengurangi tingkat culling dan adanya dukungan harga broiler dan DOC seiring dengan meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat, sehingga berdampak pada peningkatan marjin broiler dan DOC,” imbuh Farras.
Baca Juga: Harga saham JPFA & WMUU beda arah di sesi pertama bursa Kamis (25/11)
Sedangkan untuk tahun depan, Farras memproyeksikan akan ada peningkatan marjin walaupun kinerja emiten poultry diperkirakan lebih rendah, khususnya pada semester I-2022. Ia melihat akan ada penurunan kinerja dari segi bottom line untuk emiten poultry akibat efek high base yang ada di 2021. Belum lagi potensi risiko meningkatnya harga bahan baku yang membayangi.
Meskipun begitu, ia melihat dengan adanya peningkatan konsumsi seiring dengan pemulihan ekonomi, ditambah dengan dukungan pemerintah dalam upaya stabilisasi harga broiler dan DOC, marjin dari emiten poultry akan membaik.
“Kami mempertahankan rating overweight untuk sektor poultry dengan JPFA sebagai top picks kami dengan target harga Rp 2.000 per saham,” tutup Farras.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News