Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten Grup Sinarmas per kuartal III 2025 bervariasi tergantung kondisi industri masing-masing.
Tengok saja, kinerja PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) masih lesu per kuartal III 2025, dengan pendapatan turun 10,26% secara tahunan (year on year/YoY) dan laba bersih turun 27,31% YoY.
Begitu pula, pendapatan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) turun 13% YoY dan laba bersih melemah 49,53% YoY. Laba bersih PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) juga turun 53,2% YoY dan pendapatan terkoreksi 53,9% YoY.
Lalu, PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM) membukukan rugi bersih Rp 13,9 miliar per kuartal III 2025, berbanding terbalik dari laba bersih Rp 92,7 miliar pada periode sama tahun lalu. Pendapatan SMDM juga turun 64% YoY.
Sementara, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) laba bersihnya melesat 107,72% YoY, namun penjualan turun 2,6% YoY.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal Saham CTRA, TLKM, BRPT untuk Kamis (4/12)
PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) penjualan bersih naik menjadi Rp 65,65 triliun per kuartal III 2025, dari sebelumnya Rp 56,29 triliun per kuartal III 2024. Laba bersih naik menjadi Rp 1,59 triliun, dari sebelumnya Rp 1,03 triliun per September 2025.
Sedangkan, PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) pendapatan usahanya anjlok menjadi Rp 1,69 triliun per September 2025, dari sebelumnya Rp 3,19 triliun pada periode sama tahun lalu. Laba bersih juga terkoreksi ke Rp 193,33 miliar pada periode ini, dari sebelumnya Rp 705,32 miliar per September 2024.
Namun, pergerakan saham emiten Grup Sinarmas dinilai masih belum sejalan dengan kinerja fundamentalnya.
Di tengah penurunan kinerja per kuartal III 2025, saham DSSA malah naik 202,5% sejak awal tahun alias year to date (YTD). Saat ini, harga saham DSSA ada di level Rp 111.925 per saham.
Saham SMDM naik 60,95% YTD, saham SMAR naik 33,70% YTD, TKIM naik 25,10% YTD, dan saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) naik 28,68% YTD.
Di sektor properti ada saham BSDE yang naik tipis 1,06% YTD, DUTI naik 19,89% YTD, dan DMAS justru turun 11,41% YTD.
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah mengatakan, kenaikan saham DSSA dibandingkan dengan emiten yang lain dalam satu grup memang agak berbeda. Saat ini DSSA sudah masuk dalam MSCI dan FTSE, yang mana tergolong likuid dan sangat mungkin pergerakan saham emiten komoditas itu tidak dipengaruhi oleh fundamental saja.
“Perubahan kenaikan bobot pada indeks global bisa membuat momentum harga saham DSSA positif dalam beberapa waktu ke depan,” ujarnya kepada Kontan.
Baca Juga: Kinerja Diprediksi Makin Membaik, Simak Rekomendasi Saham Kalbe Farma (KLBF)
Head of Research KISI Sekuritas, Muhammad Wafi melihat, kenaikan saham Grup Sinarmas sebenarnya masih belum terlalu sejalan dengan kinerja fundamental masing-masing emiten. Beberapa emiten seperti INKP, TKIM, DSSA, dan SMAR sahamnya naik karena sentimen reli harga komoditas, ekspansi bisnis, dan rerating valuation.
“Namun, ada juga emiten yang kenaikan sahamnya bukan karena kinerja fundamentalnya,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (25/11/2025).
Sementara, saham BSDE dan DMAS di sektor properti masih tertinggal lantaran pemulihan industrinya yang lambat. “Namun kinerja mereka pada kuartal III ini mulai ada tanda pemulihan,” paparnya.
Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas Abida Massi Armand menyampaikan, valuasi saham Grup Sinarmas per kuartal III 2025 menunjukkan diskoneksi signifikan antara fundamental dan harga pasar, yang paling ekstrem terlihat pada emiten yang mengalami kenaikan harga drastis.
Contohnya, SMDM mencatat kenaikan harga saham ratusan persen, namun kinerja keuangannya membukukan kerugian bersih Rp 11,92 miliar di kuartal III 2025 dan kerugian bersih kumulatif per kuartal III sebesar Rp 13,9 miliar.
“Disparitas ini menunjukkan bahwa kenaikan harga pada emiten tertentu lebih didorong oleh sentimen spekulatif daripada dukungan fundamental,” ujar Abida kepada Kontan, Selasa (25/11/2025).
Baca Juga: Mandiri Sekuritas Proyeksi IHSG Tembus Level 9.350 di 2026, Ini Sektor Andalannya
Kinerja keuangan emiten Grup Sinarmas per kuartal III 2025 juga menunjukkan pemisahan yang jelas. TKIM tampil superior secara fundamental dengan mencatatkan laba bersih Rp 3,55 triliun dan Net Margin 28,9%.
DMAS, meskipun kinerja menurun, tetapi rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) yang nyaris nol yakni 0,06x. “Sementara itu, kinerja SMAR stabil dengan laba bersih Rp 1,59 triliun,” kata Abida.
Prospek dan Rekomendasi
Wafi melihat, prospek kinerja emiten Grup Sinarmas masih positif. Misalnya, INKP dan TKIM diuntungkan dengan siklus pulihnya margin pulp and paper yang ditambah peningkatan permintaan packaging global.
Lalu, DSSA masih ditopang harga energi dan ekspansi energi hijau. SMAR dapat dorongan dari stabilnya harga crude palm oil (CPO) dan permintaan ekspor.
Sementara, BSDE dan DMAS masih bisa mengejar performanya jika IKN dilanjutkan, suku bunga turun, dan permintaan properti naik.
”Sehingga untuk tahun 2025 kemungkinan DSSA jadi jawara dengan best rally. Tapi, di tahun 2026 kandidat kuat jawaranya adalah INKP dan TKIM, serta BSDE meskipun pemulihannya terlambat,” kata Wafi.
Wafi pun merekomendasikan beli untuk saham INKP, TKIM, SMAR, BSDE, dan DMAS dengan target harga masing-masing Rp 8.500 per saham, Rp 10.200 per saham, Rp 6.400 per saham, Rp 1.300 per saham, dan Rp 190 per saham. Rekomendasi hold diberikan untuk DSSA dengan target harga Rp 108.000 per saham.
Baca Juga: OJK Selidiki Dana Rp 71 Miliar Hilang di Mirae Asset Sekuritas
Abida berpandangan, prospek kinerja emiten Grup Sinarmas pada akhir 2025 hingga 2026 didominasi oleh dua sentimen utama, yaitu transisi struktural dan siklus moneter.
Emiten properti seperti BSDE dan DMAS akan didukung oleh prospek pemulihan sentimen makro seiring dengan tren pemangkasan suku bunga global dan domestik yang diprediksi berlanjut pada 2026, yang memperbaiki appetite investor.
“Dampak substansial dari pelonggaran moneter terhadap PDB diprediksi baru akan terasa pada 2026, sehingga menjadikan tahun tersebut sebagai periode re-rating sektor properti,” ungkapnya.
Di sisi komoditas, saham DSSA diuntungkan oleh strategi diversifikasi, karena harga batubara diproyeksikan akan menurun 5% lagi pada 2026, setelah rata-rata US$100 per metrik ton mt pada 2025.
Sebaliknya, INKP dan TKIM diuntungkan oleh pertumbuhan struktural permintaan pulp global untuk segmen tissue dengan CAGR 3,7% dan segmen cartonboard & specialties dengan CAGR 3,9% hingga 2026,” paparnya.
Jawara kinerja fundamental terbaik di sepanjang tahun 2025 adalah TKIM, ditopang oleh laba bersih kuartal III 2025 yang melejit.
Sementara itu, DSSA diposisikan sebagai jawara pertumbuhan dan katalis utama valuasi di tahun 2026 berkat ekspansi agresif ke Energi Baru Terbarukan (EBT), Data Center, dan investasi di media digital, termasuk potensi Initial Public Offering (IPO) Vidio yang dapat menjadi game changer.
“DMAS akan menjadi penopang stabilitas utama bagi Grup Sinarmas, didukung oleh marjin bersih tinggi sekitar 67,4% dan neraca yang solid dengan DER 0,06x, sehingga, memberikan ketahanan di tengah volatilitas pasar,” ujar Abida.
Abida pun merekomendasikan beli untuk saham DSSA dengan potensi upside 50%. INKP direkomendasikan beli dengan target harga rata-rata 12 bulan Rp 10.000 per saham.
Rekomendasi beli disematkan juga untuk TKIM dengan karena diperdagangkan pada valuasi yang sangat diskon, yaitu PER sebesar 4,91x dan PBV 0,48x, meskipun memiliki fundamental yang kuat. Di sektor properti, BSDE direkomendasikan beli dengan target harga 1 tahun diproyeksikan mencapai Rp 1.200 per saham.
Baca Juga: Menakar Potensi Serapan Pasar Rights Issue Jumbo PIK2 (PANI)
Selanjutnya: Ajinomoto Buka Lowongan: Kembangkan Karier di Industri Pangan
Menarik Dibaca: Hujan Sangat Lebat di Provinsi Ini, Cek Peringatan Dini Cuaca Besok (4/12) dari BMKG
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













