kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Emiten Farmasi Lebih Baik Dibanding Rumah Sakit, Ini Rekomendasi Sahamnya


Jumat, 13 Mei 2022 / 21:06 WIB
Kinerja Emiten Farmasi Lebih Baik Dibanding Rumah Sakit, Ini Rekomendasi Sahamnya


Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten sektor kesehatan sudah merilis laporan keuangan sepanjang tiga bulan pertama tahun 2022. Hasilnya, beberapa kinerja emiten terlihat lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau secara year on year (yoy). Kinerja yang lesu ini mayoritas dialami oleh emiten-emiten rumah sakit. 

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandu Dewanto menanggapi, penurunan secara tahunan yang dialami emiten-emiten rumah sakit dipengaruhi oleh membaiknya penyebaran Covid-19. Bahkan, varian Omicron yang sempat merebak di awal tahun ini, tidak serta merta meningkatkan hospitality rate

"Hal ini tentu memangkas kontribusi pendapatan dari segmen covid yang tahun lalu menjadi faktor utama kencangnya pertumbuhan pendapatan emiten rumah sakit," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (13/5). 

Selain itu, diturunkannya tarif tes covid seperti PCR dan antigen oleh pemerintah juga turut memangkas profit margin sehingga kinerja tahun ini cenderung melorot.

Baca Juga: Kinerja Puradelta Lestari (DMAS) Membaik, Begini Rekomendasi Sahamnya

Adapun secara year on year, kinerja emiten-emiten farmasi di kuartal I tahun 2022 memang lebih baik dibandingkan kinerja emiten-emiten rumah sakit. Sejumlah emiten farmasi yang sudah merilis laporan keuangannya mencatat peningkatan baik dari sisi top line maupun bottom line-nya.

"Untuk tahun ini kami melihat memang sektor farmasi lebih prospektif jika dibanding dengan emiten rumah sakit," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (13/5). 

Pandu mencermati, kinerja emiten farmasi di tiga bulan pertama tahun 2022 ini cenderung lebih tinggi dibanding rata-rata histortisnya. Faktor yang menopang adalah membaiknya kondisi ekonomi dan rantai pasokan yang lebih lancar pasca pelonggaran pembatasan perjalanan. 

Oleh karenanya, di tahun 2022 ini outlook emiten-emiten farmasi terlihat positif. Jika kinerja di kuartal I 2022 ini dapat dipertahankan berpotensi menorehkan rekor kinerja pada akhir tahun nanti. 

Berbeda, outlook emiten-emiten rumah sakit di tahun 2022 cenderung negatif karena adanya penurunan kontribusi pendapatan dari pasien Covid-19 yang cukup signifikan dari tahun lalu. Sepengamatannya, kontribusi yang hilang tersebut belum dapat ditutup dari segmen lain. 

Baca Juga: Harga Batubara Masih Solid, Ini Rekomendasi Saham Emiten Batubara dari Analis

Mempertimbangkan kondisi sektor kesehatan di atas, Pandu lebih menjagokan saham farmasi, khususnya KLBF, mengingat kinerjanya di kuartal I 2022 yang melebihi ekspektasi. "Didukung diversifikasi pendapatan yang berasal dari beragam segmen seperti obat resep, distribusi, nutrisi dan suplemen yang kesemuanya mencatatkan pertumbuhan positif," jelasnya. 

Asal tahu saja, di kuartal I 2022 ini KLBF mengalami kenaikan laba hingga 16% yoy. Perolehan ini lebih tinggi dibanding target manajemen yang beberapa waktu lalu mematok pertumbuhan 10% hingga 15%. Ini menambah keyakinan Pandu bahwa kinerja KLBF di tahun ini akan cukup kuat. 

 

Ia pun merekomendasikan saham KLBF dengan target harga Rp 1.900 per saham hingga 12 bulan ke depan. Ada potensial upside sekitar 20% dari harga saat ini.

Senada, Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus mencermati, keputusan pemerintah untuk mengubah status pandemi menjadi endemi seiring membaiknya kondisi Covid-19 di Indonesia memang akan menjadi katalis negatif bagi kinerja emiten kesehatan ke depan. Sebab, ini bisa menjadi tekanan kinerja ke depannya. 

"Berpotensi menurunkan demand obat-obatan dan semacamnya," jelasnya kepada Kontan belum lama ini.  Kendati begitu,  saham sektor kesehatan masih punya peluang dari potensi munculnya penyakit lain. Adapun yang baru ramai belakangan ini adalah penyakit hepatitis misterius. 

Adapun di antara saham-saham sektor kesehatan yang ada, MIKA direkomendasikan buy on weakness dengan target harga Rp 2.800 per saham. Selain itu ada SIDO yang disarankan buy on weakness dengan target harga Rp 1.100 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×