Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen tembaga, emas, dan konsentrat, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) membukukan kinerja cemerlang sepanjang tahun 2024.
AMMN tercatat mencatatkan penjualan bersih US$ 2,66 miliar pada 2024, meningkat 31% year on year (yoy) dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 2,03 miliar.
Kenaikan ini didorong oleh volume penjualan emas yang lebih tinggi dan harga emas dan tembaga yang tinggi, masing-masing meningkat sebesar 23% dan 10%.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Amman Mineral Internasional (AMMN) Usai Smelter Diresmikan
Menjelang akhir tahun 2024, sebagian konsentrat secara strategis disisihkan untuk mendukung proses produksi dari smelter yang berangsur naik. Kinerja keuangan AMMN yang kuat didorong oleh peningkatan signifikan pada volume penjualan emas, yang menyumbang sekitar 55% dari total penjualan bersih, meningkat dari 44% pada tahun 2023.
Selain itu, ebitda AMMN pada tahun 2024 mengalami peningkatan 40% yoy menjadi US$ 1,46 miliar yang didorong oleh penjualan bersih yang lebih tinggi. Selain itu, margin ebitda AMMN juga positif atau meningkat dari 50% menjadi 54%.
Hingga akhir 2024, AMMN mampu membukukan kenaikan laba bersih yang signifikan yakni sebesar 148% yoy menjadi US$ 642 juta. Pertumbuhan signifikan ini didorong oleh peningkatan penjualan bersih yang kemudian mengangkat margin laba bersih dari 13% menjadi 24%.
Dari sisi operasional, terdapat peningkatan signifikan pada produksi logam AMMN yang didorong oleh penambangan bijih berkadar tinggi dari puncak Fase 7. Produksi tembaga AMMN meningkat 27% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara produksi emas meningkat 73% sekaligus menjadi capaian tertinggi sejak Batu Hijau mulai beroperasi pada tahun 2000.
Baca Juga: Penjualan Emas dan Tembaga Meroket, Laba Amman Mineral (AMMN) Melesat 1.044%
Lebih lanjut, produksi konsentrat AMMN naik 39% menjadi 755.083 metrik ton kering pada 2024 dibandingkan tahun 2023. Volume material yang ditambang AMMN juga naik 2% dibandingkan tahun sebelumnya, terutama karena minimnya gangguan berkat faktor cuaca yang mendukung.
Hal ini menghasilkan rekor tertinggi pencapaian produktivitas pertambangan dan volume material yang diangkut dalam sejarah Batu Hijau.
Selain itu, biaya penambangan per unit AMMN tetap stabil dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun terdapat tantangan berupa jarak angkut truk yang lebih jauh serta tekanan inflasi pada peralatan dan tenaga kerja. Efisiensi operasional dan peningkatan volume material yang ditambang menjadi faktor utama dalam mengimbangi tekanan inflasi tersebut.