Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
Minat masyarakat untuk mebeli properti juga didukung oleh stimulus Pajak Pertambahan Nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) properti yang pemerintah berlakukan sejak 1 Maret 2021 hingga akhir tahun ini. Hal ini tercermin naiknya pembayaran KPR terhadap properti CTRA.
Namun, Ajeng memproyeksikan akan menjadi tantangan bagi CTRA jika insentif pajak tersebut berakhir. Sementara, manajemen mengatakan tetap optimistis bahwa pertumbuhan pra penjualan di 2022 akan tetap berlanjut meski insentif berakhir.
Pada segmen pusat perbelanjaan, Andhika mengamati bahwa CTRA mampu mempertahankan tingkat hunian sebesar 90% dengan memberikan diskon sewa hingga 50%. Seiring pembukaan kembali ekonomi di kuartal IV-2021, Andhika mengatakan CTRA berencana untuk menurunkan diskon menjadi 30%.
Selain itu, Andhika melihat CTRA akan memiliki sumber pendapatan baru dari bisnis rumah sakit. Tercatat hingga kuartal III-2021, kinerja rumah sakit milik CTRA tumbuh 94% yoy, meski hanya mewakili 8% pada total pendapatan. Namun, Andhika berharap pendapatan dari segmen rumah sakit ke depannya akan berkembang.
Baca Juga: Terapkan Bisnis Berbasis ESG, Ini yang Dilakukan Ciputra Development (CTRA)
Andhika memproyeksikan pendapatan CTRA di 2022 berpotensi naik ke Rp 8,54 triliun. Sedangkan, Kiswoyo memproyeksikan di tahun depan pendapatan CTRA berpotensi tumbuh 10%-20%. Namun, di satu sisi Kiswoyo mengatakan CTRA berpotensi menghadapi tantangan peningkatan suku bunga di tahun depan yang membuat biaya pinjaman properti bisa naik.
Kamis (30/12), harga saham CTRA turun 0,51% ke Rp 970. Kiswoyo merekomendasikan buy on weakness. "Menarik di beli kalau harga saham CTRA terkoreksi di bawah Rp 800 dan pasang target harga di Rp 1.100," kata Kiswoyo.
Sementara, Andhika merekomendasikan beli untuk CTRA dan memasang target harga Rp 1.500 per saham. Sementara, Fransiska Sintia Analis Verdhana Sekuritas juga merekomendasikan beli CTRA dengan target harga 1.300.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News