Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
Sebelumnya, manajemen INCO, anggota indeks Kompas100 ini, mengatakan target produksi nikel dalam matte hingga akhir tahun masih di angka 73.700 metrik ton, naik dari target produksi tahun sebelumnya yang ada di angka 71.000 metrik ton.
Naiknya target produksi ini disebabkan oleh keputusan INCO untuk menunda pembangunan tanur listrik 4 ke triwulan kedua tahun 2021. Namun sebagai konsekuensinya, produksi nikel INCO tahun depan berpotensi akan mengalami penurunan.
Sebagai gambaran, INCO telah memproduksi 19.477 metrik ton (MT) nikel dalam matte sepanjang triwulan ketiga tahun 2020. Realisasi ini 4% lebih tinggi dibandingkan dengan volume produksi yang dihasilkan pada kuartal kedua 2020 yang hanya 18.701 MT.
Baca Juga: Menguat sejak awal tahun, ini pendorong laju saham ANTM dan INCO
Sementara jika diakumulasikan, produksi nikel Vale Indonesia pada sembilan bulan pertama 2020 mencapai 55.792 MT, atau 10% lebih tinggi dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya 50.531 MT.
BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga baru yakni Rp 5.200 per saham. Hal ini karena BRI Danareksa Sekuritas menyempurnakan perkiraan dan menaikkan asumsi harga nikel menjadi US$ 16.000 per ton untuk 2021 dan US$ 17.000 per ton untuk tahun 2022.
BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan pendapatan INCO tahun ini berada di kisaran US$ 797 juta sementara pendapatan tahun depan diperkirakan menyentuh angka US$ 899 juta.
Adapun prospek Vale Indonesia dinilai masih atraktif disebabkan oleh harga nikel yang solid dan pendapatan jangka panjang yang akan didukung oleh proyek-proyek pembangunan seperti proyek Pomalaa dan Bahodopi.
Selanjutnya: Harga saham Antam (ANTM) & Vale (INCO) naik double digit, masih ada potensi upside
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News