Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja indeks IDX BUMN20 tercatat masih merah sejak awal tahun 2024. Melansir laman Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja IDX BUMN20 terkoreksi 2,39% secara year to date (YTD).
Padahal, realisasi setoran dividen BUMN ke penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Kekayaan Negara yang Dipisahkan (KND), sudah sebesar Rp 70,29 triliun per Agustus 2024.
Berdasarkan catatan KONTAN, realisasi tersebut sudah hampir mendekati target yang ditentukan. Raihan itu juga sudah mencapai 78,88% dari yang ditargetkan, yakni sebesar 85,84 triliun.
Di antaranya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang menyetor Rp 25,714 triliun per Agustus 2024. Lalu ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 17,178 triliun, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Rp 9,211 triliun.
Baca Juga: Cermati 10 Saham Net Buy Terbesar Asing pada Perdagangan Kemarin
Disusul, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Rp 6,277 triliun, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Rp 420,12 miliar, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) Rp 292,89 miliar, dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) Rp 192,37 miliar.
Director Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada mengatakan, pembagian dividen merupakan ranah manajemen setelah berkonsultasi dengan pemegang saham. Selain karena kinerja, besaran pembagian dividen juga harus dilihat dari sisi kebutuhan dana untuk ekspansi emiten ke depannya.
“Untuk emiten yang membagikan dividen besar itu bisa jadi ada kelebihan kas untuk dialokasikan dalam bentuk dividen atau memang saat ini belum ada kebutuhan besar untuk ekspansi,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (8/10).
Di sisi lain, kinerja indeks tidak serta merta dapat dihubungkan dengan sentimen pembagian dividen. Sebab, meski kinerja emiten bagus dan laba meningkat, bisa saja emiten tidak berencana untuk membagikan dividen karena ada kebutuhan dana di masa depan.
Baca Juga: IHSG Menguat, Saham-Saham Big Cap Terus Menanjak
Sementara, kinerja IDX BUMN20 yang masih minus dilihat akibat dari kinerja saham para emiten konstituen yang masih terkoreksi akibat faktor lain selain kinerja keuangan dan operasional.
“Harga saham juga dipengaruhi oleh sentimen di pasar yang berasal dari berita, rumor, maupun informasi yang beredar. Itu semua belum tentu berhubungan langsung dengan faktor fundamental laporan keuangannya,” paparnya.
Kinerja emiten BUMN dilihat Reza masih menghadapi banyak tantangan hingga akhir tahun 2024. Untuk sektor penopang di emiten BUMN hingga akhir tahun 2024 masih berasal dari sektor perbankan, komoditas, dan infrastruktur.