Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebagai salah satu perusahaan batubara mengaku tidak mengalami kendala berarti akibat tren penurunan Harga Batubara Acuan (HBA) yang terus terjadi sejak September 2018.
Adapun, HBA bulan Juni kembali melanjutkan tren penurunan menjadi US$ 81,48 per ton atau turun tipis sebesar 0,46% dari HBA Mei yang berada di angka US$ 81,86%.
Direktur BUMI Dileep Srivastava ketika dihubungi Kontan.co.id mengatakan, HBA saat ini masih berada dalam kisaran yang terukur. "Ini tak seburuk April 2016, namun kami jelas mengharapkan harga yang lebih baik," ujar Dileep, Selasa (11/6).
Menurut Dilep ditahun 2019, BUMI telah memiliki kontrak penjualan batubara untuk 85% dari rencana produksi sebesar 88 juta ton hingga 90 juta ton. "Ada kontrak untuk batubara premium ke Jepang, kontrak ini hanya dimiliki perusahaan kami," ujarnya.
Sayangnya Dileep tak merinci seputar kontrak tersebut. Namun ia meyakinkan BUMI cukup siap menghadapi tren penurunan HBA kali ini. "Namun jelas kami juga berharap ini (penurunan HBA) tak berlanjut," jelas Dileep.
Menanggapi penurunan HBA, Dileep menilai hal ini disebabkan oleh perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Hal ini kemudian menyebabkan pasokan batubara Australia ke China mengalami penundaan. "Penundaan di Pelabuhan Dalian (Tiongkok) menyebabkan surplus dan itu mempengaruhi pelemahan HBA," ujar Dileep.
Lebih jauh Dileep menyebut selama ini harga jual batubara BUMI selalu terhubung dengan harga index, namun tren penurunan yang dianggap masih dalam batas wajar membuat BUMI masih berharap untuk memenuhi target produksi di akhir tahun nanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News