Reporter: Muhammad Julian | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten farmasi, PT Kimia Farma Tbk optimistis bisa mencatatkan pertumbuhan penjualan hingga dobel digit pada sepanjang Januari- Maret 2020.
Sebelumnya emiten yang berkode saham “KAEF” ini mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 1,81 triliun. Angka ini diperoleh dari penjualan obat generik obat resep, obat over the counter (OTC) bahan baku, pil kb, kesehatan, baik ke entitas maupun pihak ketiga.
Direktur Utama Kimia Farma, Verdi Budidarmo mengungkapkan bahwa pasar industri farmasi masih memiliki prospek positif di kuartal I 2020. Asumsi ini berdasar pada adanya kebutuhan farmasi dari pemerintah serta meningkatnya kebutuhan obat serta produk-produk suplemen di kalangan masyarakat.
Baca Juga: Saham BUMN tertekan sejak awal tahun, begini saran analis
“Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan meningkat, khususnya untuk tindakan pencegahan penyakit,” jelas Verdi kepada Kontan.co.id (04/03).
Di samping itu, adanya sinergi kerja sama dalam holding farmasi yang telah terbentuk juga diyakini bakal turut memberikan andil dalam mengerek kinerja penjualan perseroan. Kondisi pasar yang demikian diyakini Verdi akan terus berlangsung hingga tutup tahun nanti.
Meski begitu, hal ini tidak berarti bahwa tidak ada tantangan sama sekali bagi pelaku industri farmasi. Menurut Verdi, potensi gangguan pasokan bahan baku obat dari China masih menjadi tantangan yang perlu dihadapi oleh pelaku industri farmasi dalam negeri.
Baca Juga: Pasokan bahan baku terganggu karena corona, Kalbe Farma: Harga obat belum naik
Perseroan sendiri selama ini bergantung pada pasokan bahan baku obat dari China. Menurut Verdi porsi bahan baku obat impor dari China bisa mencapai 60% dari konsumsi bahan baku perseroan.
Oleh karenanya, perseroan telah mengambil ancang-ancang untuk mengalihkan pasokan kebutuhan bahan baku ke beberapa negara lain seperti misalnya Korea Selatan, India, dan negara-negara di Eropa.
Baca Juga: Sejumlah emiten BUMN farmasi lakukan natural hedging menghalau pelemahan rupiah
Hingga tutup tahun nanti, perseroan berencana memperkuat jaringan distribusi perseroan dengan meningkatkan kapasitas gudang, serta membangun pusat distribusi nasional dan regional. Selain itu, perseroan juga berencana memperkuat operasional retail farmasi dan meningkatkan kapasitas produksi untuk lini kosmetik.
Untuk membayai sejumlah agenda di atas, perseroan akan mengganggarkan belanja modal sebesar Rp 1,9 triliun. Sumber pendanaan akan diperoleh baik dari kas internal maupun sumber eksternal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News