kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kiat investasi risiko tinggi ala Dirut Makmur Berkah Amanda (AMAN) Adi Saputra


Sabtu, 21 Maret 2020 / 05:25 WIB
Kiat investasi risiko tinggi ala Dirut Makmur Berkah Amanda (AMAN) Adi Saputra


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi Direktur Utama PT Makmur Berkah Amanda Tbk Adi Saputra Tedjasurya, investasi merupakan hal yang sangat penting sebagai bekal untuk masa depan. Beruntung, orangtua Adi sudah mengenalkan pentingnya investasi sejak dia belia.

Berbekal dorongan dari orangtua, ia sudah terbiasa melakukan investasi sejak dini. “Dari kecil, orangtua sudah mendorong saya untuk menyimpan uang, hingga bagaimana mengembangkan uang,” kata Adi kepada Kontan.co.id belum lama ini.

Makanya, berinvestasi bukan hal sulit setelah dia memiliki pendapatan pribadi. Laki-laki kelahiran Jakarta tahun 1985 ini kemudian memutuskan untuk mulai berinvestasi semenjak duduk di bangku kuliah semester dua tepatnya pada 2002.

Baca Juga: BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Menjadi 4,2%-4,6%

Sembari menimba ilmu di University of New South Wales, saat itu Adi juga bekerja paruh waktu menjadi kasir salah satu supermarket di sana. Ia memilih untuk menginvestasikan uangnya di pasar modal Australia.

Simpel saja, dia tertarik terjun untuk investasi di pasar modal karena memiliki return tinggi meski ada risiko. Adi kurang tertarik menyimpan dana di deposito lantaran hanya mendapat sedikit keuntungan. “Menyimpan uang di bank memang aman, tapi return kurang menarik,” tambah laki-laki yang gemar mengoleksi lukisan ini.

Meski begitu, dia sadar betul investasi di pasar modal memiliki risiko yang lumayan tinggi. Sehingga, sebelum terjun Adi tentu harus memperhatikan beberapa hal, misalnya saja memahami betul fundamental suatu perusahaannya lebih dulu.

Baca Juga: Cash is The King, Ini Strategi Menempatkan Dana di Tengah Pandemi Corona

Menurut Adi, analisa kinerja serta kondisi suatu perusahaan menjadi penting sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Sebab, dari sana investor bakal mengerti sehat tidaknya sebuah perusahaan, baik dari sektornya hingga kondisi keuangannya.

Selanjutnya, ia juga selalu fokus untuk memilih saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang besar atau saham big cap.

Untuk Adi yang sudah berkecimpung di dunia pasar modal sejak 2002 silam, adanya koreksi atau penurunan pada saham merupakan hal yang wajar. Adanya volatilitas pada investasi pasar modal merupakan hal yang umum terjadi. Harga saham mudah berubah, dan bisa terkoreksi cukup dalam. “Siklus ini kan ada ya setiap sepuluh tahun sekali, tapi tidak ada yang bisa memprediksi,” ujarnya.

Melihat kondisi pasar modal yang dihantam oleh beberapa faktor dari dalam dan luar negeri dari awal tahun 2020, ia lebih memilih untuk membeli saham dalam jangka waktu yang panjang.

Baca Juga: Analis: Investor agresif dan konservatif kudu meningkatkan porsi cash-nya

Bisa jadi, koreksi pasar bisa menjadi momen untuk melakukan investasi jangka panjang karena terdapat banyak saham-saham blue chips yang harganya terdiskon. Ia fokus pada saham-saham sektor perbankan seperti BBRI, BBCA, BMRI, dan BBNI. Selain sektor perbankan, ia pun memilih saham dari sektor consumer goods, misanya saja UNVR, ICBP, INDF.

Dalam hitungan Adi, indeks dalam negeri atau global bisa kembali bangkit dan pulih sekitar empat hingga lima tahun kemudian dan masih bisa melanjutkan kenaikan. Ia berkaca pada kondisi 2008 silam. “Australia menjadi salah satu yang kena paling besar. Jadi, selama kita tidak memiliki marjin (utang) dan kita memiliki pendapatan dari luar, saya rasa diamkan saja dulu,” ungkap anak kedua dari empat bersaudara ini.

Walaupun sempat merugi pada 2008, hal ini tidak membuat Adi kapok untuk investasi saham. Malah, seusai rampung pendidikan S2 dan kembali ke Indonesia dia juga memutuskan untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Yang penting, lanjutnya, jangan sampai masuk dan terjebak untuk membeli saham-saham gorengan, yaitu saham-saham dengan volatilitas harga yang tinggi namun tidak didukung oleh fundamental dan prospek bisnis yang oke.

Baca Juga: Ketidakpastian meningkat, investor perlu tambah porsi dana darurat

Nah, dia juga menyarankan untuk pemula yang ingin masuk pasar modal agar tidak terpancing membeli saham gorengan dengan iming-iming return tinggi. “Apalagi sekarang dengan era social media, karena kalau tidak tahu fundamentalnya kuat atau tidak, ya siap-siap saja jadi saham tidur,” imbuhnya.

Adi menambahkan, untuk investor pemula lebih baik memilih saham-saham yang memiliki fundamental yang bagus, dan mencari saham-saham blue chips yang bisa memberikan dividen.

Tak hanya berinvestasi di pasar modal, Adi juga mulai melakukan investasi properti pada tahun 2011. Investasi properti tentu dinilai menjanjikan dengan potensi keuntungan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Baca Juga: IHSG ambrol di tengah ketidakpastian pasar, simak kunci menyusun portofolio saat ini

Adapun portofolio properti yang dia pilih seperti apartemen, rumah, hingga ruko. Dia menyewakan apartemen dan ruko yang berlokasi di BSD dan sekitar Jakarta. Ke depannya, ia juga berencana menambah portofolio investasi propertinya.

Selanjutnya, Adi juga investasi emas karena emas sendiri menjadi salah satu instrumen investasi yang paling aman, juga menguntungkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×