kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Analis: Investor agresif dan konservatif kudu meningkatkan porsi cash-nya


Jumat, 20 Maret 2020 / 08:32 WIB
Analis: Investor agresif dan konservatif kudu meningkatkan porsi cash-nya
ILUSTRASI. Petugas kebersihan melintas di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (19/3/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada penutupan sesi awal di level 4.099,09, turun 5,33 persen atau 231,584


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cash is the king tampaknya bakal jadi kata yang paling mujarab beberapa waktu ke depan. Bagaimana tidak, hampir seluruh aset investasi mengalami penurunan cukup dalam, termasuk emas yang selama ini digadang-gadang sebagai aset lindung nilai terbaik atau safe haven

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan, cash is the king memang paling cocok untuk beberapa waktu ke depan. Tak perlu pandang bulu, baik investor agresif maupun konservatif semua perlu meningkatkan porsi cash-nya atau aset likuid ke depan, karena kondisi global semakin tidak pasti termasuk nasib perekonomian. 

Baca Juga: Investor perlu perhatikan hal-hal berikut bila mau ikut buyback saham

"Porsi dana darurat 3-6 kali dari pendapatan setiap bulan masih bisa dipertahankan, hanya saja bentuknya saat ini perlu lebih likuid, bisa berupa cash atau tunai, juga deposito. Pokoknya harus likuid," jelas Ramdhan kepada Kontan.co.id, Kamis (19/3). 

Mengacu pada meluasnya sebaran virus corona saat ini, kondisi ekonomi global diterpa ketidakpastian super tinggi. Alhasil, kondisi ini berdampak pada ritme pasar keuangan Tanah Air yang kompak bergerak merah, seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ambrol lebih dari 30% secara year to date (ytd), nilai tukar rupiah yang semakin dekat level psikologis Rp 16.000 per dollar AS, dan yield Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun yang semakin mengganas ke level 8%.

Bahkan, upaya Bank Indonesia (BI) yang kembali memangkas suku bunga acuannya ke level 4,5% hari ini (19/3) dinilai Ramdhan tak cukup kuat memberikan stimulus di pasar keuangan Tanah Air. Hal tersebut karena tingginya tekanan di pasar keuangan saat ini, di mana pelaku pasar sebagian besar melakukan aksi panic selling. 

"Kita sadar kalau kondisi ini sifatnya hanya sementara, tapi sementara sampai kapan? Tidak ada yang tahu. Untuk itu, kebijakan ekonomi moneter perlu terus digelontorkan, dengan harapan dapat membuat pasar lebih tenang," ujarnya. 



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×