Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi sejatinya dilakukan sejak dini dan membutuhkan keberanian. Direktur Utama PT Valbury Asia Futures Ricky Irawan mengaku sudah mulai berinvestasi sejak remaja.
Di usianya yang baru 17 tahun, RIcky berpikir untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik misalnya untuk modal menikah, beli rumah, dan tabungan di hari tua.
Kala itu Ricky berpikir instrumen investasi apa yang tepat baginya. “Saya Ingin belajar mengenal produk-produk investasi yang ada dan belajar bagaimana mekanisme berinvestasi,” kata bapak tiga orang anak ini.
Berbekal ilmu dan pengetahuan yang ia dapat dari media massa dan lingkungan sekitar, Ricky memutuskan untuk berinvestasi di pasar valuta asing dengan membeli dollar Amerika Serikat (AS).
Priinsip dia memilih dollar AS karena dengan begitu akan sulit baginya untuk memberlanjakan secara langsung. Karena kalau mengikutof nafsu berbelanja dia harus menukarkan dollar AS ke rupiah dulu.
Ricky hanya bisa menelan ludah ketika berada dalam pusat perbelanjaan dan melihat barang yang diinginkan. Sebab rupiah yang ia pegang tidak cukup. Bisa dibilang Ricky adalah orang yang bisa mengontrol diri, sehingga jauh dari sikap konsumerisme.
Di sisi lain, dia sangat menghargai uangnya. Untuk dapat berinvestasi dalam dollar AS, Ricky yang kala itu masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan tak malu untuk berjualan kerupuk kulit.
Setelah pulang sekolah dia taruh mobil pribadinya di rumah. Kemudian, mengambil sepeda motor dan lanjut jualan kerupuk kulit keliling daerah sekitar rumahnya. Usah mengumpulkan uang, berkembang sampai dia masuk ke jenjang Universitas.
Ricky menjadi guru pelajaran tambahan (less privat) untuk mata pelajaran matematika kepada anak-anak Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Penghasilannya sebagai guru dia bagi untuk investasi, biaya kehidupan pribadi, bahkan bisa disisihkan buat orang tuanya.
Saat krisis moneter terjadi, dollar AS Ricky menambang cuan. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS semakin melambung sekitar Rp 15.000-Rp 16.000 per dollar AS. Padahal jika dibanding saat RIcky membeli dollar AS yang hanya Rp 2.000-Rp 2.500 per dollar AS.
Putar otak, Ricky yang kala itu sudah berkerja dalam perusahaan swasta meronggok cuan dari dollar AS untuk masuk ke investasi saham. Pilihan saham pertamanya adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan harga sekitar Rp 780 per saham.
Kedua, dia beli saham PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) yang hanya Rp 900 per saham. Bisa dibayangkan saat ini saham TKLM sekitar Rp 4.250 per saham dan JSMR Rp 5.725 per saham.
Tak hanya saham, cuan dollar AS dia belikan rumah sebagai representasi tujuan pertama saat dia berinvestasi. “Saat itu saya beli properti senilai Rp 120 juta saja, saya DP setengahnya sisanya saya angsur,” ungkap Ricky.
Sering dengan bertambahnya jam terbang berinvestasi, Ricky beralih ke investasi yang lebih mendunia. Yakni dengan transaksi Index Hangseng, Index Nikkei, dan mencoba peruntungan di emas London atau Loco London Gold (XAU).