Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak mencapai level tertinggi dalam enam minggu pada perdagangan hari ini. Sentimen yang menyokong datang dari kekhawatiran bahwa badai lain dapat mempengaruhi produksi minyak Amerika Serikat (AS) yang berada di Texas pada minggu ini.
Harga minyak telah reli untuk sesi ketiga berturut-turut, dengan minyak mentah Brent mencapai level tertinggi sejak 2 Agustus di awal sesi hari ini.
Selasa (14/9) pukul 14.15 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman November 2021 menguat 0,7% ke US$ 73,99 per barel, setelah sempat naik ke level US$ 74,18 per barel di awal sesi.
Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2021 juga melesat 0,7% ke US$ 70,94 per barel. Di awal perdagangan, WTI sempat ke US$ 71,14 per barel, posisi tertinggi sejak 3 Agustus.
Pada perdagangan Senin (13/9), harga Brent ditutup naik 0,8% dan WTI melonjak 1,1%.
Sejumlah perusahaan di anjungan minyak lepas pantai Teluk Meksiko AS sedang melakukan evakuasi ketika penyuling minyak darat mulai bersiap untuk Badai Tropis Nicholas, yang menuju ke pantai Texas dengan kecepatan angin 70 mil per jam (113 kph).
Baca Juga: Harga minyak merangkak naik meski menghadapi sejumlah pemberat
Badai Nicholas mengancam pesisir Texas dan Louisiana yang masih dalam pemulihan akibat Badai Ida yang melanda wilayah tersebut di akhir Agustus lalu.
"Investor khawatir Badai Nicholas akan menyebabkan gangguan lebih lanjut di Pantai Teluk, saat perusahaan mencoba mencari tahu berapa lama produksi minyak mentah akan tetap terpengaruh dari Badai Ida," kata Satoru Yoshida, analis komoditas di Rakuten Securities.
Lebih dari 40% produksi minyak dan gas di kawasan Teluk AS tetap offline hingga kemarin. Ini sudah masuk pekan kedua setelah Badai Ida menghantam pantai Louisiana.
Kenaikan harga juga terjadi di tengah kekhawatiran atas gangguan minyak di Libya.
National Oil Corp (NOC) mengatakan, operasi pemuatan di terminal minyak Libya Es Sider dan Ras Lanuf dilanjutkan pada hari Jumat setelah penghentian satu hari, tetapi seorang insinyur di pelabuhan Hariga mengatakan bahwa pelabuhan itu masih ditutup oleh pengunjuk rasa.
Tapi Hiroyuki Kikukawa, General Manager of Research Nissan Securities, memperkirakan reli harga minyak akan berumur pendek.
"Kenaikan pasar mungkin terbatas karena musim mengemudi musim panas AS telah berakhir, sementara ada potensi peningkatan pasokan dari rencana pelepasan minyak dari cadangan strategis di AS dan China serta kemungkinan dimulainya kembali ekspor minyak oleh Iran," jelas dia.
Asal tahu saja, pemerintah AS setuju untuk menjual minyak mentah dari cadangan darurat negara itu kepada delapan perusahaan termasuk Exxon Mobil dan Chevron, di bawah lelang yang dijadwalkan untuk mengumpulkan uang bagi anggaran federal.
Baca Juga: Harga minyak capai level tertinggi dalam satu minggu, WTI tembus US$ 70 per barel
Para pedagang mencatat rencana pelepasan minyak dari cadangan minyak strategis (SPR) China juga dapat meningkatkan pasokan yang tersedia di konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu.
Harapan untuk pembicaraan tentang kesepakatan nuklir yang lebih luas antara Iran dan negara Barat muncul setelah pengawas nuklir PBB mencapai kesepakatan dengan Teheran pada hari Minggu tentang servis peralatan pemantauan yang terlambat.
Menambah tekanan harga, Energy Information Administration melaporkan, produksi minyak AS dari tujuh formasi serpih utama diperkirakan akan meningkat sekitar 66.000 barel per hari pada Oktober menjadi 8,1 juta barel per hari, tertinggi sejak April 2020.
Di sisi lain, dalam laporan terbarunya, OPEC memangkas perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal terakhir tahun ini karena varian virus corona Delta sambil menaikkan perkiraan untuk 2022 menjadi 4,15 juta barel per hari, dibandingkan dengan 3,28 juta barel per hari pada bulan lalu.
Selanjutnya: Varian Delta menyerang, muncul wabah baru COVID-19 di China
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News