Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
“Perolehan tersebut di bawah estimasi kami maupun konsensus, karena baru memenuhi 20% dari proyeksi. Untuk sepanjang tahun ini, kami memperkirakan SCMA mengalami tekanan profitabilitas akibat implementasi analog switch off (ASO) fase 1 yang dimulai April kemarin dan akibat soccer related events,” imbuhnya.
Jonathan pun merevisi laba bersih untuk SCMA di tahun ini dari semula Rp 1,42 triliun menjadi Rp 1,29 triliun. Sementara untuk pendapatan, ia juga menurunkan proyeksinya dari semula Rp 6,55 triliun menjadi Rp 6,5 triliun.
Baca Juga: Punya Prospek Menarik, Simak Rekomendasi Saham Emtek (EMTK) Berikut
Pada kuartal II-2022, ia juga memperkirakan pertumbuhan pendapatan SCMA akan mengalami perlambatan akibat harga soft commodities yang meningkat berdampak pada belanja iklan dari perusahaan FMCG.
Akan tetapi, secara umum ia masih mempertahankan outlook positif untuk SCMA didukung oleh faktor pertumbuhan dari jumlah pelanggan berbayar yang solid dari Vidio, investasi dari Affinity yang akan memperkuat pendanaan Vidio ke depan, pemulihan dari audience share, dan posisi neraca SCMA yang solid.
“Kami masih mempertahankan rekomendasi BUY untuk SCMA namun menurunkan target harga ke level Rp 300, dari sebelumnya Rp 350,” tutup Jonathan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News