kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Keunggulan Biden di pemilu AS membawa optimisme pada reksadana berbasis obligasi


Jumat, 06 November 2020 / 21:15 WIB
Keunggulan Biden di pemilu AS membawa optimisme pada reksadana berbasis obligasi
ILUSTRASI. Sejak awal tahun, rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap sudah unggul daripada jenis reksadana yang lain.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen seputar pemilu Amerika Serikat (AS) menopang optimisme di pasar obligasi. Kinerja reksadana pendapatan tetap akan makin diuntungkan. 

Sejak awal tahun hingga Oktober rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap sudah unggul daripada jenis reksadana yang lain. Berdasarkan data Infovesta, rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap yang tecermin dalam Infovesta 90 Fixed Income Fund Index tumbuh 6,58% secara year to date (ytd). 

Ari Pitojo, Chief Investment Officer Eastspring mengatakan sentimen positif yang mendukung kinerja reksadana pendapatan tetap adalah meningkatnya optimisme di pasar obligasi karena ditopang peluang Joe Biden dari Demokrat menang di pemilu AS. 

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha memandang selama ini kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) cenderung menurun ke bawah 30% karena terpengaruh kebijakan pemotongan pajak dari pemerintahan Donald Trump. "Kebijakan tersebut membuat arus investasi balik ke AS," kata Yudha.

Baca Juga: Akibat kredit lesu, bank pilih parkirkan dana di surat berharga

Sementara itu, jika Biden terus unggul dan menang maka kebijakan pemotongan pajak di AS tidak akan ada lagi melihat secara historis gaya kepemimpinan Biden lebih sosialis. Yudha melihat dengan pajak yang tidak lagi diringankan di AS maka asing akan kembali masuk ke emerging markets

Namun, terlepas dari siapa pemenang pemilu AS, Yudha memproyeksikan ke depan likuiditas pasar akan terus bertambah dan menjadi sentimen positif bagi pasar obligasi dengan tawaran yield yang menarik seperti Indonesia. 

"Dalam jangka panjang siapa pun presiden AS yang terpilih, stimulus akan terus ada sehingga yield obligasi masih berpotensi terus turun seiring dengan tren penurunan suku bunga global," kata Yudha. 

Baca Juga: Cadangan devisa Oktober 2020 turun lagi, ini kata ekonom Bank Mandiri

Ari menambahkan di sisi lain Indonesia resmi resesi setelah pertumbuhan ekonomi kuartal III menurun 3,49% dan berada di bawah konsensus, arus dana asing tetap terus masuk ke Indonesia. Jumat (6/11), yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun juga kembali berhasil menyentuh rekor terendahnya di level 6,27%. 

Yudha memproyeksikan yield SUN tenor 10 tahun berada di 6,25%. Sementara, di 2021 Yudha juga optimistis yield masih akan kembali menurun. Yudha juga memproyeksikan suku bunga acuan BI masih akan turun sekali lagi di akhir tahun ini, begitu pun di tahun depan.

"Tinggal menunggu waktu saja kepemilikan asing di obligasi negara kembali naik di atas 30% dengan begitu kinerja reksadana pendapatan tetap akan ikut tersokong naik," kata Yudha. Jika ekonomi kembali berjalan normal dan pendistribusian vaksin berjalan lancar kinerja pasar obligasi juga akan makin tumbuh. Apalagi, efek omnibus law juga pasar respon positif. 

Sementara itu, Ari memproyeksikan volatilitas pasar modal akan tetap tinggi terutama untuk jangka pendek. "Kami melihat sorotan utama masih seputar perkembangan penanganan atas penyebaran virus korona di berbagai negara," kata Ari. 

Baca Juga: Obligasi menopang bisnis wealth management bank

Untuk berjaga-jaga, strategi Ari dalam meracik portofolio reksadana pendapatan tetap akan difokuskan pada menjaga likuiditas. Oleh karena itu, Ari banyak memegang SUN dengan tenor jangka menengah lima hingga 10 tahun atau seri benchmark

Sedangkan, Yudha optimistis dengan yield yang masih bisa menurun, ia kini fokus meracik portofolio reksadana pendapatan tetap dengan obligasi negara berdurasi panjang. "Kami lebih memilih obligasi negara durasi panjang dan likuid karena apresiasi kenaikan harganya lebih tinggi," kata Yudha. 

Optimis di tahun depan yield masih berpotensi turun, Yudha memproyeksikan rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap tumbuh 8%-9% di tahun depan. 

Baca Juga: Tren obligasi korporasi akan semakin membaik pada tahun depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×