Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja reksadana offshore (luar negeri) berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) masih cukup positif, kendati alami pelemahan sebulan terakhir. Ini menyusul tertekannya rupiah di tengah ketidakpastian pemangkasan suku bunga the Fed yang meningkat.
Sejumlah reksadana offshore mengalami penurunan kinerja sebulan terakhir. Misalnya, Mandiri Asia Sharia Equity Dollar – Kelas A turun 4,14% dan Mandiri Asia Sharia Equity Dollar – Kelas B merosot 3,96%. Lalu, Panin Dana US Dollar turun 1,11% dan Panin Global Sharia Equity Fund terkoreksi 0,54%.
Direktur Panin Asset Manajemen (Panin AM), Rudiyanto menyebutkan penurunan kinerja reksadana offshore umum terjadi di tengah terjadi perubahan ekspektasi. "Misalnya, waktu atau besaran persentase penurunannya tidak secepat atau sebesar yang diharapkan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (26/10).
Berdasarkan data Trading Economics, indeks dolar (DXY) naik 3,7% dalam sebulan terakhir per Jumat (25/10). Menguatnya DXY seiring data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang meningkat, sehingga mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed ke depan.
Baca Juga: Dana Kelolaan STAR AM Capai Rp 18,9 Triliun Hingga September 2024
Menilik data CME Fedwatch Tool, probabilitas pemangkasan suku bunga the Fed sebesar 50 basis poin (bps) pada November telah mencapai level 0%. Sementara, sebulan yang lalu probabilitasnya sebesar 53,3%. Justru probabilitas pemangkasan suku bunga 25bps meningkat dari 46,7% menjadi 95,1%.
Pada Desember juga serupa, yang mana ekspektasi pemangkasan suku bunga turun dari 50bps ke 25bps.
CEO PT Pinnacle Persada Investama (Pinnacle Investment) Guntur Putra menilai ketidakpastian terkait pemangkasan suku bunga the Fed dapat memengaruhi pasar secara keseluruhan. Menurutnya, jika dolar AS menguat dan rupiah melemah, reksadana offshore yang berbasis dolar mengalami tekanan.
Di sisi lain, kondisi tersebut juga bisa memberi peluang jika dana tersebut terinvestasi dalam aset yang berpotensi memberikan return yang lebih tinggi. "Namun, investor perlu memantau bagaimana sentimen pasar dan kebijakan moneter AS akan berkembang," sebutnya saat dihubungi terpisah, Minggu (27/10).
Baca Juga: Return Reksadana Saham Diproyeksi Bisa Membaik
Dengan meningkatnya ketidakpastian, Guntur menyarankan investor sebaiknya berinvestasi sesuai dengan tujuan investasi dan profil risiko, serta melakukan evaluasi terhadap risiko portofolio masing-masing.
"Jika ada tanda-tanda bahwa performa tidak sesuai harapan dan ada alternatif investasi yang lebih menarik, mengurangi eksposur bisa jadi pilihan yang tepat. Keputusan berinvestasi harus diambil berdasarkan analisis dan tujuan jangka panjang," lanjutnya.
Ke depan, Guntur berpendapat bahwa ada sejumlah faktor yang akan mempengaruhi kinerja reksadana offshore. Hal itu meliputi, kebijakan moneter AS dan indikasi pemangkasan suku bunga, stabilitas ekonomi global,sentimen pasar terhadap risiko geopolitik, pergerakan nilai tukar mata uang, dan performa sektor-sektor saham luar negeri yang menjadi investasi dalam reksadana offshore.
Baca Juga: Prospek Reksadana Tetap Masih Menarik Jelang Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Dia menilai jika The Fed memangkas suku bunga dua kali sebesar 25bps di November dan Desember, maka akan ada dampak positif jangka pendek pada aset-aset berisiko, termasuk reksadana offshore. Namun, ia juga menegaskan bahwa proyeksi rata-rata return reksadana offshore di tahun ini sangat tergantung pada pengelolaan dana tersebut serta situasi pasar global.
Rudiyanto juga menilai kinerja reksadana offshore akan alami perbaikan meski besaran pemangkasan suku bunga, yang menjadi sentimen utamanya menciut. Yang jelas, dia menegaskan bahwa pelemahan rupiah belakangan ini juga tidak akan memberikan dampak signifikan.
"Terhadap nilai tukar, Panin Global tidak ada kaitannya karena 100% saham mata uang dolar AS dan porsi saham rupiah pada Panin Dana USD hanya sekitar 20%-30% sehingga pengaruh nilai tukar juga kecil," tutup Rudiyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News