kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ketidakpastian meningkat, investor perlu tambah porsi dana darurat


Kamis, 19 Maret 2020 / 21:05 WIB
Ketidakpastian meningkat, investor perlu tambah porsi dana darurat
ILUSTRASI. Ilustrasi dana darurat


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pilihan safe haven atau aset lindung nilai tak lagi menjamin nilai aset saat ini. Karenanya, investor dianjurkan untuk lebih konservatif terhadap porsi portofolionya. Bahkan Budi Raharjo, Financial Planner OneShildt juga merekomendasikan masyarakat untuk menaikkan porsi dana darurat mereka jika memungkinkan. 

Sebagaimana diketahui, akibat meluasnya sebaran virus corona baik di dunia maupun di Tanah Air, telah membuat kondisi pasar keuangan turut tertekan. Hal ini tampak dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjun lebih dari 30% year to date (ytd), yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun yang merangkak ke kisaran 8%, bahkan rupiah nyaris menyentuh level psikologis barunya Rp 16.000 per dolar AS. 

Baca Juga: IHSG ambrol di tengah ketidakpastian pasar, simak kunci menyusun portofolio saat ini

"Jika disituasi normal dana darurat berkisar 3-6 kali pengeluaran bulanan, ada baiknya saat ini ditambah menjadi 5-10 kali dari total pengeluaran bulanan," ujar Budi kepada Kontan.co.id, Kamis (19/3). 

Tentunya, saat ketidakpastian meningkat pelaku pasar cenderung memilih untuk mengamankan asetnya ke instrumen-instrumen lindung nilai atau safe haven. Tujuan investor menempatkan dananya di instrumen ini antara lain, sebagai upaya hedging (melindungi) keuangan dari dampak kerugian lebih lanjut, sekaligus upaya memarkirkan dana sebelum kemudian ditempatkan kembali ke instrumen yang lebih berisiko saat kondisi membaik.

Alternatif instrumen safe haven bisa berupa investasi emas, SUN dalam bentuk obligasi negara, SPN, ORI dan SBR yang bisa memberikan bunga atau kupon menarik, ada juga deposito. 

Di luar itu, ada juga safe haven berupa mata uang dollar AS dan Yen Jepang, syaratnya harus memperhatikan fluktuasi saat kondisi ekonomi membaik, jika tidak maka akan terkoreksi.

"Dari semua instrumen, yang cukup menarik dijadikan safe haven saat ini adalah SUN seperti ORI, SBR dan Obligasi Negara berkupon tetap. Mengingat, saat ini instrumen-instrumen tersebut memberikan tingkat imbal hasil yang pasti dan menarik," jelasnya. 

Pilihan lainnya yakni deposito, fungsinya untuk memenuhi keperluan jangka pendek dan memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi. Sedangkan untuk instrumen seperti emas, Budi menilai masih dapat menjadi pilihan sebagai instrumen diversifikasi dan hedging.

Baca Juga: Darurat corona, OJK perpanjang batas penyampaian laporan dan RUPS emiten dua bulan

Di samping itu, Budi menganjurkan masyarakat untuk lebih konservatif dalam menentukan porsi portofolionya, berkaca pada kondisi saat ini. Untuk investor agresif bisa menempatkan 40% dananya pada aset yang bersifat fixed income, 30% pada money market dan sisanya 30% di saham. 

"Untuk yang konservatif dianjurkan untuk lebih mengalokasikan dananya ke instrumen money market sebanyak 70% dan sisanya 30% ditempatkan pada instrumen pendapatan tetap," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×