Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kebijakan moneter Bank of Japan (BOJ) yang tetap dovish bakal berimbas positif bagi pasar Surat Utang Negara (SUN). Apalagi pemerintahan Negeri Sakura tersebut sudah memutuskan menahan suku bunga acuan di minus 0,1%.
Nah, sikap dovish BoJ berimbas positif bagi pasar SUN. Mengacu Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) per Jumat (29/7), indeks komposit obligasi domestik (Indonesia Composite Bond Index) terangkat 0,3% dibandingkan hari sebelumnya menjadi 212,66. Year to date, indeks sudah melaju 16,03%.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra optimistis, langkah BOJ akan menambah daya tarik pasar obligasi Indonesia. Investor asing bakal kian gencar berburu Surat Berharga Negara (SBN) di waktu mendatang. Mengacu data SUN dwi mingguan DJPPR per 26 Juli 2016, kepemilikan asing di SBN domestik yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 661,05 triliun atau 39,64% dari total outstanding Rp 1.667,82 triliun.
Made memprediksi, hingga akhir 2016, porsi asing akan menggemuk menjadi 40% - 42%. Sebab, sepertiga dari obligasi negara di dunia memberikan imbal hasil negatif, termasuk Jepang. Sementara imbal hasil Indonesia jelas lebih tinggi. Tentu, ini menjadi daya tarik untuk menggaet investor asing.
Anil Kumar, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management mengungkapkan, pelaku pasar di dunia memang tengah berburu imbal hasil yang menarik. "Seluruh dunia sedang yield hunting sejak awal tahun 2016. Terutama ke negara Brasil, lalu Indonesia yang imbal hasilnya tinggi," imbuhnya.
Pasokan terbatas
Mengutip Asian Bonds Online per 29 Juli 2016, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun mencapai 6,96%. Angka tersebut mengungguli imbal hasil obligasi bertenor sama pemerintah China yang hanya 2,81%, Jepang minus 0,27%, Amerika Serikat (AS) 1,5%, serta Thailand yang di angka 2,06%.
Menurut Made, pasar SBN berpotensi melanjutkan tren bullish hingga pengujung 2016. Mebab masih ada ruang bagi Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan yang saat ini di level 6,5%.
Ia memperkirakan, BI kembali memangkas suku bunga acuan pada bulan September mendatang. Artinya, harga obligasi pemerintah berpotensi kembali mendaki. Ini bisa jadi peluang kenaikan harga (capital gain). Alhasil investor asing maupun investor domestik bakal kian tertarik mencicipi SUN pemerintah.
Katalis positif lain bagi SUN bersumber dari mulai terbatasnya pasokan. Berdasarkan data DJPPR, per 26 Juli 2016, pemerintah Indonesia telah menerbitkan SBN sebanyak Rp 482,76 triliun atau 80,5% dari total target sepanjang tahun yang kini dipatok Rp 599,74 triliun.
Tingginya permintaan kala pasokan mulai menciut akan mendongkrak harga SUN. Belum lagi di semester II-2016 ini, aliran dana segar yang masuk ke pasar SUN bertambah deras setelah tax amnesty diberlakukan.
Dengan potensi capital gain, obligasi milik pemerintah yang terbilang bebas risiko akan berkilau bagi para wajib pajak. Karena itu, Made memprediksi, pada akhir tahun 2016, yield FR0056 bakal berkisar 6,4% - 6,8%. Sementara Anil memperkirakan, yield FR0056 pada akhir 2016 berkisar 6,25%-6,75%. Pada Jumat (29/7), yield FR0056 bertengger di level 6,9%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













