Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
Sementara, Siswa berpendapatan persoalan perang dagang AS dan China yang kembali memanas hanya menjadi sentimen negatif sementara dalam menahan laju asing masuk ke pasar SBN.
"Kalau ngomong perang dagang makin parah, justru investasi yang sifatnya fixed income atau surat utang jadi semakin menarik," kata Siswa.
Sementara, Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi berpendapat tensi perang dagang membuat volatilitas nilai tukar rupiah meningkat dan mempengaruhi asing jadi menahan kepemilikan di SBN.
"Asing masih wait and see untuk masuk ke pasar emerging market karena melihat perkembangan global," kata Reza.
Namun, jika pergerakan dolar AS stabil atau volatilitas rupiah membaik maka arus dana asing akan kembali masuk ke pasar SBN.
Sementara, Fikri C. Permana Ekonom Pefindo mengatakan meski saat ini kepemilikan asing di SBN terkoreksi, ke depan minat asing pada pasar SBN akan tetap tinggi. Daya tarik pasar SBN di mata asing datang dari spread yield US Treasury dengan yield SBN yang masih di atas 500 basis poin.
Baca Juga: Investor asing borong surat utang Asia selama 6 bulan beruntun, Indonesia tertinggi
Fikri memproyeksikan defisit neraca perdagangan tidak akan banyak melebar, sehingga menjadi sentimen positif bagi pasar SBN. Dengan begitu, yield bisa bergerak lebih rendah dan terjadi kenaikan harga SBN.
Di saat net sell mewarnai pasar obligasi dan saham, Fikri berpendapat saat ini asing memang cenderung wait and see dan belum agresif memindahkan dana ke instrumen investasi safe haven seperti dolar AS dan emas.
Namun, Reza menebak dana asing yang keluar dari pasar SBN diparkirkan pada pasar saham global karena Selasa (12/11), Indeks S&P 500 dan Nasdaq sempat menembus rekor tertinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News